Saya ingat sekali hari Minggu kemarin, setelah balik dari kost teman saya, saya ngidam ingin
makan rujak. Saya bertanya pada teman saya apakah di sekitar kostnya
menjual rujak? Dia berkata, tidak menentu, kadang tukang rujaknya lewat,
kadang tidak. Akhirnya saya pun pulang dan mencari ke tempat lain.
Saya
berkendara tanpa tujuan, melewati jalan besar hingga gang-gang kecil
hanya demi menemukan tukang rujak itu. Meskipun kondisi cuaca
sedang panas sekali, saya masih gigih mencarinya. Sampai akhirnya karena
tidak ketemu, saya memutuskan untuk membeli nasi padang saja. Saya
berhenti di sebuah rumah makan dan memesan nasi padang, setelah selesai
saya pun memutuskan pulang.
Namun,
ada satu hal yang tidak terduga. Ketika saya membelokkan kendaraan saya
ke sebelah kanan, saya melihat ada tukang rujak di tepi jalan tersebut.
Saya tentu saja tidak bisa membeli rujak lagi, karena saya sudah
membeli nasi padang. Akhirnya, saya pun melewati tukang rujak itu dengan
dramatis.
Seandainya saja saya lebih gigih mencari, tentu saja
pada hari itu juga saya bisa membeli rujak. Tapi saya tidak. Saya malah
putus asa dan membeli makanan lain. Detik pada saat saya melewati tukang
rujak itu, saya sungguh kecewa sekali. Mungkin bagi orang lain ini
terlalu berlebihan, namun saya benar-benar memaknainya.
Sama seperti jodoh. Saya belajar satu hal pada hari itu; saya harus bersabar untuk apa yang saya inginkan.
Kadang
saya terlalu cepat putus asa menanti seseorang yang saya butuhkan,
hingga saya memutuskan untuk menjalin hubungan dengan orang yang tidak
tepat terlebih dahulu. Entah di bagian mana, saya rasa ada titik dimana
saya telah melewatkan jodoh saya dan saya tidak mengetahuinya.
Jodoh
seperti tukang rujak itu. Seandainya saja saya tidak berhenti dan terus
mencari, saya pasti akan segera bertemu jodoh saya. Tapi bodohnya, saya
takut untuk menunggu terlalu lama, saya takut penantian saya sia-sia.
Mungkin inilah yang dinamakan konspirasi semesta; kehidupan saya akan
dibuat seperti benang kusut dan tugas saya adalah merapikannya hingga
menjadi satu benang merah yang lurus. Perihal jodoh, memang harus
diupayakan dengan baik, tidak hanya dengan berdoa melainkan juga
berusaha.
Keesokkan harinya, semua berlalu dengan biasa.
Sebenarnya saya sudah lupa dengan rujak itu. Hingga akhirnya ketika saya
melewati sebuah jalan, saya melihat ada tukang rujak. Saya pun jadi
kepengen lagi. Namun, karena pada saat itu saya terburu-buru, saya jadi
melewatinya untuk kedua kali. Kali ini saya tidak membeli makanan lain.
Dengan
hati yang bergembira, saya rela memutar arah meskipun cukup jauh.
Kira-kira 10 menit, saya pun tiba di tempat pemberhentian tukang rujak
itu, namun nihil. Tukang rujak itu telah pergi. Saya harus kecewa lagi.
Saya memelankan kendaraan saya, berharap tukang rujak itu belum jauh
dari tempat tadi. Tapi, tidak ada.
Sama kayak jodoh. Di tempat
yang tidak direncanakan sekalipun bisa saja bertemu. Namun, ketika saya
telah meyakini jodoh saya sudah di depan mata, sering kali saya harus
dihadapkan dengan kenyataan bahwa orang yang saya butuhkan tidak bisa
saya miliki. Atau kenyataan yang lebih pahit adalah perasaan saya tidak
ada pejuangnya dan entah bagaimana caranya, saya harus menerima itu.
Saya paham bahwa memang ada yang tidak bisa dipaksakan dan saya tidak boleh lancang mendesak Tuhan untuk segera mengirimkan saya jodoh. Karena cinta yang baik layak untuk ditunggu.
Ketiga kalinya, saya
sedang duduk di beranda rumah makan. Saya tengah menanti teman saya
untuk makan siang bersama. Entah kenapa, saya terus melihat ke arah
jalan. Dan di persimpangan itu, saya melihat tukang rujak itu lagi. Dia
melewati rumah makan itu dan terus berjalan. Saya tidak ingin menghitung
ini kali berapa saya kecewa. Dari rentang jarak itu, saya harus
mendapati giliran tukang rujak itu yang melewatkan saya pelan-pelan.
Sama
kayak jodoh. Kalau belum berjodoh, mau di tempat sebaik apapun pasti
tidak akan bisa bersatu. Kali ini, ketika saya tidak mengharapkannya
lagi, dia muncul begitu saja. Lucunya, dia hadir di saat saya sedang
tidak bisa bersamanya. Saya tidak berdaya untuk menghentikannya karena
saya telah berkomitmen dengan yang lain. Kemudian, kejadian ini membuat
saya bertanya-tanya: perlu berapa kali kami saling melewatkan, agar kami benar-benar bisa bertemu? Apakah iya, dia datang hanya untuk saya lewatkan begitu saja?
Selalu
ada hal yang ingin diajarkan Tuhan. Saat ini, saya memang belum bertemu
dengan jodoh saya. Entah karena dia yang mesti menyesuaikan waktu saya
atau saya yang harus paham bahwa dia butuh waktu yang lebih panjang
sebelum kami berjumpa. Entah saya yang akan menemukannya lagi atau dia
yang lebih dulu menemukan saya, tapi saya percaya kalau kami berjodoh,
kami pasti akan bertemu sekali lagi, kali itu dengan tidak ada cerita
patah hati lagi.
Sebelum waktunya tiba, maka saya akan memantaskan diri. Sebab seperti yang dijanjikan semesta, cinta yang baik akan segera dipertemukan; apabila hati telah benar-benar siap dan pantas untuk mendampingi seseorang. Kelak,
ketika waktunya tiba, saya yakin jalan menuju jodoh semakin dipermudah
hingga saya mengerti bahwa setiap penantian akan berujung bahagia.
Maka dari itu, saya mendoakanmu. Semoga di kejauhan sana, kamu tengah melakukan hal yang sama
Sumber : HIPWEE.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar