Sekilas jika kita membaca buku
baru tentang Sundaland bagian dari Indonesia, apakah banjir saat zaman
es yang mencair dan cerita dari buku tersebut ada sangkut pautnya
dengan kisah di bawah? yang jelas saat mendengarkan file rekaman gambar
kurang lebih 60 menit yang ada juga bahasan 17-8-45 kesemuanya tertuang
dalam bentuk stupa2 yang berbentuk piringan yang ada pada candi
borobudur hanya waktu yang bisa menjawab nantinya. Apakah zaman
keemasan bangkitnya Indonesia akan datang pada suatu masa nanti nya
waktu jua yang dapat menjawabnya.
Membaca judul diatas, tentu
banyak orang yang akan mengernyitkan dahi, sebagai tanda
ketidakpercayaannya. Bahkan, mungkin demikian pula dengan Anda. Sebab,
Nabi Sulaiman AS adalah seorang utusan Allah yang diberikan
keistimewaan dengan kemampuannya menaklukkan seluruh makhluk ciptaan
Allah, termasuk angin yang tunduk di bawah kekuasaannya atas izin
Allah. Bahkan, burung dan jin selalu mematuhi perintah Sulaiman.
Silahkan baca artikel di bawah ini yang kami himpun dari
republika.co.id untuk lebih lengkapnya.
Menurut Sami bin Abdullah
al-Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Nabi Sulaiman
diperkirakan hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau
sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sementara itu, Candi Borobudur
sebagaimana tertulis dalam berbagai buku sejarah nasional, didirikan
oleh Dinasti Syailendra pada akhir abad ke-8 Masehi atau sekitar 1.200
tahun yang lalu. Karena itu, wajarlah bila banyak orang yang mungkin
tertawa kecut, geli, dan geleng-geleng kepala bila disebutkan bahwa
Candi Borobudur didirikan oleh Nabi Sulaiman AS.
Candi Borobudur merupakan candi
Budha. Berdekatan dengan Candi Borobudur adalah Candi Pawon dan Candi
Mendut. Beberapa kilometer dari Candi Borobudur, terdapat Candi
Prambanan, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Plaosan, dan lainnya.
Candi-candi di dekat Prambanan ini merupakan candi Buddha yang
didirikan sekitar tahun 772 dan 778 Masehi.
Lalu, apa hubungannya dengan
Sulaiman? Benarkah Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman
yang hebat dan agung itu? Apa bukti-buktinya? Benarkah ada jejak-jejak
Islam di candi Buddha terbesar itu? Tentu perlu penelitian yang
komprehensif dan melibatkan berbagai pihak untuk membuktikan validitas
dan kebenarannya.
Namun, bila pertanyaan di atas
diajukan kepada KH Fahmi Basya, ahli matematika Islam itu akan
menjawabnya; benar. Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman yang
ada di tanah Jawa.
Dalam bukunya, Matematika Islam
3 (Republika, 2009), KH Fahmi Basya menyebutkan beberapa ciri-ciri
Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai peninggalan putra Nabi Daud
tersebut. Di antaranya, hutan atau negeri Saba, makna Saba, nama
Sulaiman, buah maja yang pahit, dipindahkannya istana Ratu Saba ke
wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh
para jin, tempat berkumpulnya Ratu Saba, dan lainnya.
Dalam Alquran, kisah Nabi
Sulaiman dan Ratu Saba disebutkan dalam surah An-Naml [27]: 15-44, Saba
[34]: 12-16, al-Anbiya [21]: 78-81, dan lainnya. Tentu saja, banyak
yang tidak percaya bila Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman.
Di antara alasannya, karena
Sulaiman hidup pada abad ke-10 SM, sedangkan Borobudur dibangun pada
abad ke-8 Masehi. Kemudian, menurut banyak pihak, peristiwa dan kisah
Sulaiman itu terjadi di wilayah Palestina, dan Saba di Yaman Selatan,
sedangkan Borobudur di Indonesia.
Tentu saja hal ini menimbulkan
penasaran. Apalagi, KH Fahmi Basya menunjukkan bukti-buktinya
berdasarkan keterangan Alquran. Lalu, apa bukti sahih andai Borobudur
merupakan peninggalan Sulaiman atau bangunan yang pembuatannya
merupakan perintah Sulaiman?
Menurut Fahmi Basya, dan
seperti yang penulis lihat melalui relief-relief yang ada, memang
terdapat beberapa simbol, yang mengesankan dan identik dengan kisah
Sulaiman dan Ratu Saba, sebagaimana keterangan Alquran. Pertama adalah
tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi
Daud AS kepada Sulaiman. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur,
Taurat, dan Tingkat Musa, serta memberikan ketenangan. Pada relief yang
terdapat di Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang.
“Dan Nabi mereka mengatakan
kepada mereka: ‘Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah
kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu
dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu
dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda
bagimu, jika kamu orang yang beriman’.” (QS Al-Baqarah [2]: 248).
Kedua, pekerjaan jin yang tidak
selesai ketika mengetahui Sulaiman telah wafat. (QS Saba [34]: 14).
Saat mengetahui Sulaiman wafat, para jin pun menghentikan pekerjaannya.
Di Borobudur, terdapat patung yang belum tuntas diselesaikan. Patung
itu disebut dengan Unfinished Solomon.
Ketiga, para jin diperintahkan
membangun gedung yang tinggi dan membuat patung-patung. (QS Saba [34]:
13). Seperti diketahui, banyak patung Buddha yang ada di Borobudur.
Sedangkan gedung atau bangunan yang tinggi itu adalah Candi Prambanan.
Keempat, Sulaiman berbicara
dengan burung-burung dan hewan-hewan. (QS An-Naml [27]: 20-22).
Reliefnya juga ada. Bahkan, sejumlah frame relief Borobudur bermotifkan
bunga dan burung. Terdapat pula sejumlah relief hewan lain, seperti
gajah, kuda, babi, anjing, monyet, dan lainnya.
Kelima, kisah Ratu Saba dan
rakyatnya yang menyembah matahari dan bersujud kepada sesama manusia.
(QS An-Naml [27]: 22). Menurut Fahmi Basya, Saba artinya berkumpul atau
tempat berkumpul. Ungkapan burung Hud-hud tentang Saba, karena burung
tidak mengetahui nama daerah itu. “Jangankan burung, manusia saja
ketika berada di atas pesawat, tidak akan tahu nama sebuah kota atau
negeri,” katanya menjelaskan. Ditambahkan Fahmi Basya, tempat
berkumpulnya manusia itu adalah di Candi Ratu Boko yang terletak
sekitar 36 kilometer dari Borobudur. Jarak ini juga memungkinkan burung
menempuh perjalanan dalam sekali terbang.
Keenam, Saba ada di Indonesia,
yakni Wonosobo. Dalam Alquran, wilayah Saba ditumbuhi pohon yang sangat
banyak. (QS Saba [34]: 15). Dalam kamus bahasa Jawi Kuno, yang disusun
oleh Dr Maharsi, kata ‘Wana’ bermakna hutan. Jadi, menurut Fahmi, wana
saba atau Wonosobo adalah hutan Saba.
Ketujuh, buah ‘maja’ yang
pahit. Ketika banjir besar (Sail al-Arim) menimpa wilayah Saba,
pepohonan yang ada di sekitarnya menjadi pahit sebagai azab Allah
kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya. “Tetapi, mereka
berpaling maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar[1236] dan
Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi
(pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon
Sidr.” (QS Saba [34]: 16).
Kedelapan, nama Sulaiman
menunjukkan sebagai nama orang Jawa. Awalan kata ‘su’merupakan
nama-nama Jawa. Dan, Sulaiman adalah satu-satunya nabi dan rasul yang
25 orang, yang namanya berawalan ‘Su’.
Kesembilan, Sulaiman berkirim
surat kepada Ratu Saba melalui burung Hud-hud. “Pergilah kamu dengan
membawa suratku ini.” (QS An-Naml [27]: 28). Menurut Fahmi, surat itu
ditulis di atas pelat emas sebagai bentuk kekayaan Nabi Sulaiman.
Ditambahkannya, surat itu ditemukan di sebuah kolam di Candi Ratu Boko.
Kesepuluh, bangunan yang
tinggal sedikit (Sidrin qalil). Lihat surah Saba [34] 16). Bangunan
yang tinggal sedikit itu adalah wilayah Candi Ratu Boko. Dan di sana
terdapat sejumlah stupa yang tinggal sedikit. “Ini membuktikan bahwa
Istana Ratu Boko adalah istana Ratu Saba yang dipindahkan atas perintah
Sulaiman,” kata Fahmi menegaskan.
Selain bukti-bukti di atas,
kata Fahmi, masih banyak lagi bukti lainnya yang menunjukkan bahwa
kisah Ratu Saba dan Sulaiman terjadi di Indonesia. Seperti terjadinya
angin Muson yang bertiup dari Asia dan Australia (QS Saba [34]: 12),
kisah istana yang hilang atau dipindahkan, dialog Ratu Bilqis dengan
para pembesarnya ketika menerima surat Sulaiman (QS An-Naml [27]: 32),
nama Kabupaten Sleman, Kecamatan Salaman, Desa Salam, dan lainnya.
Dengan bukti-bukti di atas, Fahmi Basya meyakini bahwa Borobudur
merupakan peninggalan Sulaiman. Bagaimana dengan pembaca? Hanya Allah
yang mengetahuinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar