Kegagalan hari Ini berarti pendorong,
Namun kejayaan semalam bukan berarti kemegahan oleh karena itu gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang di langit, dan rendahkanlah dirimu serendah rumput di bumi.

share yu...

Takdir dan Optimisme

Banyak orang yang salah memahami takdir. Mereka menganggap bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini sudah ditentukan takdirnya oleh Allah SWT, dan  karena itu manusia tidak perlu berusaha.

Buat apa melakukan ikhtiar, toh semuanya sudah ditentukan oleh Tuhan saat kita masih di dalam kandungan kita, bahkan di Lauh Mahfuzh. Pandangan seperti itu keliru.

Memang Allah SWT, dengan kemahakuasaan-Nya telah menuliskan takdir manusia jauh sebelum manusia itu lahir ke muka bumi. Namun, Allah SWT juga memberi ruang bagi manusia untuk berikhtiar, berdoa dan bertawakal meminta pertolongan Allah dan takdir yang baik. Bukankah Allah adalah pemilik takdir, dan sebagai pemilik takdir Dia bisa saja mengubah takdir tersebut?

Mari simak hadits berikut ini yang menggambarkan dengan jelas bagaimana konsep takdir menurut Islam. Rasulullah pernah bersabda, “Setiap kalian telah ditulis tempat duduknya di surga atau di neraka.” Seseorang menimpali dan berkata, “Kalau begitu, kami bersandar saja (tidak beramal) wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak demikian, beramallah kalian karena setiap orang akan dimudahkan.” (HR Bukhari).

Jadi, Nabi menegaskan, bahwa manusia tidak boleh berdiam diri  dan bertopang dagu dalam menyikapi takdir. Manusia tetap diwajibkan  berusaha  untuk meraih suatu takdir, termasuk mengubah takdir yang buruk menjadi takdir yang baik.

Menarik sekali pernyataan Buya Hamka, seorang ulama besar yang juga sastrawan, tentang bagaimana menyikapi takdir. “Menyerbu ke dalam takdir, bukan lari dari takdir.”

Buku yang ditulis oleh Sopian Muhammad ini mengajak para pembaca untuk meletakkan konsep takdir di tempat yang tempat. Ia memaparkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai takdir. Intinya adalah kepercayaan dan sikap yang benar terhadap takdir akan menumbuhkan optimisme dalam menempuh perjuangan hidup, sehingga bisa meraih kesuksesan dan kebahagiaan sejati.

Penulis menegaskan, dalam mewujudkan tujuan (goal) dari hakikat kehidupan (beribadah), setiap Muslim dituntut memiliki niat serta tekad yang kuat, dan mampu mengatasi setiap godaan duniawi melalui cara terbaik. Harapannya adalah demi mendapatkan keridhaan Ilahi.

Ia menambahkan, dalam mendaki ke puncak tertinggi harapan, setiap Muslim wajib membekali dirinya dengan semangat optimisme. Semangat optimisme mengandung kekuatan yang mendorong seseorang untuk terus melangkahkan kakinya agar tetap berada di jalan pendakian yang benar.


sumber: republika.co.id

Related Posts by Categories



Widget by Scrapur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kiri kanan home