Kegagalan hari Ini berarti pendorong,
Namun kejayaan semalam bukan berarti kemegahan oleh karena itu gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang di langit, dan rendahkanlah dirimu serendah rumput di bumi.

share yu...

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

VALIDITAS DAN RELIABILITAS
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar dengan Dosen Prsetyaningsih M.Pd


Disusun oleh :
Bella Rosaline                         (2281143141)
Eka Sonike Sitohang               (2281142154)
Hayati Nufus                          (2281142315)
Sindi Maharani                        (2281142592)

JURUSAN PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG – BANTEN
2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berupa tugas dari mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar .
Terimakasih penulis sampaikan kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, terutama untuk dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Ibu Prasetyaningsih M.Pd , yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Validitas dan Reliabilitas. Penulis berharap makalah ini dapat brmanfaat bagi masyarakat banyak
Mohon maaf bila terdapat penulisan kata,  kritik dan saran yang membangun  sangat diperlukan untuk kemajuan penulis untuk memperbaiki makalah selanjutnya.




Serang , 15 Oktober 2016

Penulis



ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ……………………………………………………………………….1
B.     Rumusan Masalah ……………………………………………………………………1
C.     Tujuan ………………………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Validitas  ……………………………………………………………………………..3
B.     Reliabilitas  ………………………………………………………………………….10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ………………………………………………………………………….17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..19







iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penilaian pendidikan adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan efektivitas proses pembelajaran (Rama dalam Sudijono,2012).  
Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas.Penilaian program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program dan sarana pendidikan. Penilaian proses belajar-mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan program belajar-mengajar. Sedangkan penilaian hasil hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang.
Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung, baik dalam bentuk validitas maupun reliabilitas. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.
Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat tergantung pada kualitas alat penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya.
Berdasarkan hal yang dipaparkan diatas, maka pada kesempatan ini pemakalah membahas tentang Validitas dan Reliabilitas pada tes hasil belajar siswa agar dapat lebih memahami apa itu sebenarnya validitas dan reliabilitas serta lebih memahami bagaimana mengetahui suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik.



1
2
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah ketetapan atau validitas dalam tes hasil belajar?
2.      Apa saja macam-macam validitas?
3.      Bagaimana reliabilitas dalam tes hasil belajar?
4.      Apa saja macam-macam reliabilitas?

C.     Tujuan
1.      Untuk menjelaskan ketetapan atau validitas dalam tes hasil belajar.
2.      Untuk menjelaskan jenis-jenis validitas dalam tes hasil belajar.
3.      Untuk menjelaskan reliabilitas dalam tes hasil belajar.
4.      Untuk menjelaskan jenis-jenis reliabilitas dalam tes hasil belajar.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Validitas
1.      Pengertian Validitas
      Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Suatu tes atau instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur. Kemudian, Arikunto menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment.  (Sujarwadi, 2011)
        Validitas tes biasa juga disebut sebagai kesahihan suatu tes adalah mengacu pada kemampuan suatu tes untuk mengukur karakteristik atau dimensi yang dimaksudkan untuk diukur.Sedangkan reliabilitas atau biasa juga disebut sebagai kehandalan suatu tes mengacu pada derajat suatu tes yang mampu mengukur berbagai atribut secara konsisten (Brennan, 2006).Konstruksi tes yang baik harus memenuhi kedua syarat tersebut, sehingga tes itu mampu memberikan gambaran yang sebenarnya terhadap kondisi testee (siswa) yang diuji.
        Sifat valid diperlihatkan oleh tingginya validitas hasil ukur suatu tes. Suatu alat ukur yang tidak valid akan memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
3
4
pengambilan suatu keputusan, maka keputusan itu tentu bukan merupakan suatu keputusan yang tepat.
        Pengertian validitas juga sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran.Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran.Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik.Dengan demikian, anggapan valid seperti dinyatakan dalam "alat ukur ini valid" adalah kurang lengkap. Pernyataan valid tersebut harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan (yaitu valid untuk mengukur apa), serta valid bagi kelompok subjek yang mana? Istilah validitas ternyata memiliki keragaman kategori. Ebel (dalam Nazir 1988) membagi validitas menjadi concurrent validity, construct validity, face validity, factorial validity, empirical validity, intrinsic validity, predictive validity, content validity, dan curricular validity (Rama dalam Sudijono,2012)
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul‑betul mengukur apa yang seharusnya di­ukur. Sebagai contoh,  ingin mengukur kemampuan siswa da­lam matematika. Kemudian diberikan soal dengan kalimat yang pan­jang dan yang berbelit‑belit sehingga sukar ditangkap maknanya.Akhimya siswa tidak dapat menjawab, akibat tidak memahami per­tanyaannya. Contoh lain, peneliti ingin mengukur kemampuan berbi­cara, tapi ditanya mengenai tata bahasa atau kesusastraan seperti puisi atau sajak. Pengukur tersebut tidak tepat(valid).Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan pe­nelitian. Instrumen yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain. (Buning, 2009).
2.      Macam-macam Validitas
Pada tahun 1940-an dan awal tahun 1950 para ahli pengukuran pendidikan telah melakukan berbagai macam pengkajian terhadap bagaimana menentukan dan menilai validitas. Pada tahun 1954 misalnya the American Psychological Association Test and Diagnostic Techniques mengusulkan empat pendekatan yang sering dinamakan
5
empat muka validitas (four faces of validity) yang digunakan untuk menentukan validitas. Empat validitas tersebut dapat dikelompokkan menjadi validitas yang dapat diketahui melalui pemikiran (validitas logis) dan hal yang kedua diketahui melalui uji empiris (validitas empiris). Dua hal inilah yang merupakan garis besar sebagai dasar pengelompokan validitas tes. Berikut penjelasan dari jenis-jenis validitas tersebut, yaitu:
a.       Validitas Logis
 Istilah ”validitas logis” mengandung kata ”logis” berasal dari kata ”logika”, yang berarti penalaran. Dengan demikian validitas logis menunjuk pada kondisi instrumen valid berdasarkan hasil penalaran.
                        Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity).
Donald dalam wik rama mengartikan bahwa validitas isi adalah hubungan isi dengan item atau pertanyaan-pertanyaan di dalam tes yang representatif dari semua domain-domain isi pelajaran atau sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Senada dengan itu, Wayan mendefinisikan validitas isi sebagai kejituan dari pada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut.
                        Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid jika materi tes tersebut benar-benar bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan.Untuk menilai apakah suatu tes memiliki validitas isi atau tidak, dapat dilakukan dengan jalan membandingkan materi tes tersebut dengan analisa rasional yang kita lakukan terhadap bahan-bahan yang seharusnya dipergunakan dalam menyusun tes tersebut.
                        Apabila materi tes tersebut cocok dengan analisa rasional yang kita lakukan, berarti tes yang kita nilai itu mempunyai validitas isi, sebaliknya jika materi tes tersebut menyimpang dari analisa rasional kita, berarti tes tersebut tidak valid.Sebagian ahli tes berpendapat bahwa tidak satupun pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk menentukan validitas isi suatu tes.
Validitas isi hanya dapat ditentukan berdasarkan judgmen para ahli. Validitas isi suatu tes tidak mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara
6
statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, Wiersma dan Jurs  dalam wik rama menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika. Berikut merupakan prosedur yang dapat digunakan, antara lain:
1. mendefiniskan domain yang hendak diukur.
2. menentukan domain yang akan diukur oleh masing-masing soal.
3. membandingkan masing-masing soal dengan domain yang sudah ditetapkan
1)      Validitas isi
Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang harus diukur. Artinya, alat ukur tersebut mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.Misalnya tes hasil belajar bidang studi IPS, harus bisa mengungkap isi bidang studi tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyusun tes yang bersumber dari kurikulum bidang studi yang hendak diukur.
7
Di samping kurikulum dapat juga diperkaya dengan melihat/mengkaji buku sumber.Sungguhpun demikian tes hasil belajar tidak mungkin dapat mengungkap semua materi yang ada dalam bidang studi ter­tentu sekalipun hanya untuk satu semester.Oleh sebab itu harus diambil sebagian dari materi dalam bentuk sampel tes.Sebagai sampel maka harus dapat mencerminkan materi yang terkandung dari seluruh materi bidang studi.Cara Yang ditempuh dalam menetapkan sampel tes adalah memilih konsep‑konsep yang esensial dari materi yang di dalamnya.Misalnya menetapkan sejumlah konsep dari setiap pokok bahasan yang ada.Dari setiap konsep dikem­bangkan beberapa pertanyaan tes (lihat bagan).Di sinilah pen­tingnya peranan kisi‑kisi sebagai alat untuk memenuhi validitas isi.











Dalam hal tertentu tes yang telah disusun sesuai dengan kurikulum (materi dan tujuannya) agar memenuhi validitas isi, peneliti atau pemakai tes dapat meminta bantuan ahli bidang studi untuk mene­laah apakah konsep materi yang
8
diajukan telah memadai atau tidak, sebagai sampel tes.Dengan demikian validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka­-angka.
2)      Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Validitas bangun atau bangun pengertian (Construct validity) berke­naan dengan kesanggupan alat ukur mengukur pengertian‑pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya. Pengertian‑pe­ngertian yang terkandung dalam konsep kemampuan, minat, sebagai variabel penelitian dalam berbagai bidang kajian harus jelas apa yang hendak diukurnya. Konsep‑konsep tersebut masih abstrak, memer­lukan penjabaran yang lebih spesifik, sehingga mudah diukur.Ini berarti setiap konsep harus dikembangkan indikator‑indikatomya. Dengan adanya indikator dari setiap konsep maka bangun pengertian akan nampak dan memudahkan dalam menetapkan cara pengukuran. Untuk variabel tertentu, dimungkinkan penggunaan alat ukur yang beraneka ragam dengan cara mengukurnya yang berlainan.
                        Secara etimologis, kata ”konstruksi” mengandung arti susunan, kerangka, atau rekaan. Adapun secara terminologis, tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut (ditinjau dari susunan, kerangka, atau rekaannya)
Konstruk (construct) adalah suatu yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur.Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur aspek yang diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum. Konstruksi contoh dari kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang terdapat dalam kurikulum


9






b.      Validitas Eksternal
Validitas eksternal dapat dibagi menjadi dua, yaitu validitas bandingan (concurrent validity) dan validitas ramalan (predictive validity).
1)       Validitas Bandingan (concurrent validity)
Validitas bandingan artinya kejituan daripada suatu tes dapat dilihat dari korelasinya terhadap kecakapan yang telah dimiliki saat kini secara riil. Cara yang digunakan untuk menilai validitas bandingan adalah dengan cara mengkorelasikan hasil-hasil yang dicapai dalam tes tersebut dengan hasil-hasil yang dicapai dalam tes yang sejenis yang diketahui mempunyai validitas tinggi (misalnya tes standar). Tinggi rendahnya koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya validitas tes yang akan kita nilai kualitasnya.
2)      Validitas Ramalan (Prediktif Validity)
Validitas prediktif adalah ketepatan (kejituan) dari suatu alat ukur ditinjau dari kemampuan tes untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian.Cara yang dipergunakan untuk menilai tinggi rendahnya validitas prediktif ini ialah dengan jalan mencari korelasi antara nilai-nilai yang dicapai oleh anak-anak dalam tes tersebut dengan nilai-nilai yang dicapainya kemudian.
3.      Pengujian Validitas Instrumen
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur hasil belajar dan instrumen non test untuk mengukur sikap. Instrumen yang berupa test, opsi jawabannya bersifat “benar atau salah”,
10
sedangkan instrumen sikap jawabannya tidak ada yang “salah atau benar” tetapi bersifat “positif dan negatif”.
B.     Realibilitas
1.      Pengertian Reliabilitas
      Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari asal kata reliabel yang artinya dapat dipercaya. Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama atau ajeg dalam kelompoknya.21 Uno, dkk. memberikan penekanan pada pengertian reliabilitas sebagai konsistensi tes. Yaitu, seberapa konsisten skor tes dari satu pengukuran ke pengukuran berikutnya. Reliabilitas merujuk pada ketetapan/keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang diinginkan, artinya kemampuan alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama ( Sujarwadi, Sri : 2011)
     Reliabilitas alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Contoh paling nyata adalah timbangan atau meteran. Hal yang sama terjadi untuk alat ukur suatu gejala, tingkah laku, ciri atau sifat individu dan lain‑lain. Misalnya alat ukur prestasi belajar seperti tes hasil belajar, alat ukur sikap, kuesioner dan lain‑lain, hendaknya meneliti sifat ke­ajegan tersebut.
     Tes hasil belajar dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya, terhadap siswa yang sama. Misalnya siswa kelas V pada hari ini di tes kemampuan matematik.Minggu berikutnya siswa tersebut di tes kembali. Hasil dari kedua tes relatif sama. Sungguhpun demikian masih mungkin terjadi ada perbedaan hasil untuk hal‑hal tertentu akibat faktor kebetulan, selang waktu, terjadinya perubahan panda­ngan siswa terhadap soal yang sama. Jika ini terjadi, kelemahan ter­letak dalam alat ukur itu,

11
yang tidak memiliki kepastian jawaban atau meragukan siswa. Dengan kata lain derajat reliabilitasnya masih rendah.
Di lain pihak perbedaan hasil pengukuran bukan disebabkan oleh alat ukurnya, melainkan kondisi yang terjadi pada diri siswa. Misal­nya fisik siswa dalam keadaan sakit pada waktu tes yang pertama, motivasi pada waktu tes pertama berbeda dengan motivasi tes pada berikutnya.
Atas dasar itu perbedaan hasil pengukuran pertama dengan hasil pengukuran berikutnya bisa teijadi akibat perubahan pada diri subjek yang diukur dan atau oleh faktor yang berkaitan dengan pemberian tes itu sendiri.Hal ini tidak mengherankan dan sudah umum terjadi, yang sering dinyatakan dengan sebutan/istilah kesalahan peng­ukuran. Ini berarti, skor hasil pengukuran yang pertama dan skor hasil pengukuran kedua terhadap subjek sama, dimungkinkan ter­jadinya kesalahan pengukuran disebabkan oleh dua faktor di atas. Oleh karenanya setiap skor hasil pengukuran menghasilkan dua bagian, yakni hasil pengukuran pertama yang disebut skor sejati dan hasil pengukuran berikutnya terhadap subjek yang sama, yang me­ngandung hasil skor plus kesalahan pengukuran.
Komponen skor sejati dan skor yang mengandung kesalahan pengukuran dinyatakan dalam suatu persamaan matematis sebagai berikut:
X  =b + s,
dengan:
X = skor yang diamati
b   = skor sejati
s    = kesalahan pengukuran
Dalam suatu penelitian skor yang diamati adalah skor sejati ditambah skor kesalahan pengukuran sehingga variansi skor yang diamati X2 adalah variansi skor sejati Tb2 ditambah variansi skor kesalahan Ts2 atau Tx2 = Tb2 + Ts2.

12
Indeks reliabilitas alat ukur dalam suatu penelitian dapat dicari dengan mengkorelasikan skor‑skor yang diperoleh dari hasil peng­ukuran yang berulang‑ulang pada waktu yang berbeda, atau dengan kelompok pertanyaan yang sepadan. Prosedur ini dilakukan dengan cara memberikan tes dua kali kepada subjek yang sama pada waktu yang berbeda. Cara kedua adalah membagi alat ukur (tes) menjadi dua bagian yang sama atau yang setarap untuk melihat keajegan tes tersebut. Cara yang pertama dikenal dengan tes ulang (test retest) dan cara kedua dikenal dengan pecahan sebanding/setara.
a.  Reliabilitas tes ulang
                 Tes ulang (test‑retest) adalah penggunaan alat ukur terhadap subjek yang diukur, dilakukan dua kali dalam waktu yang berlainan.Misal­nya tes hasil belajar matematika untuk siswa SD kelas V, diberikan hari ini, lalu diperiksa hasilnya. Seminggu kemudian tes tersebut diberikan lagi pada siswa yang sama dan hasilnya diperiksa. Hasil pengukuran yang pertama kemudian dikorelasikan dengan hasil pe­ngukuran yang kedua untuk mendapatkan koefisien korelasinya (r). Koefisien korelasi ini disebut koefisien reliabilitas tes ulang, yang hasilnya akan bergerak dari ‑ 1,0 sampai + 1,0. Bila koefisien reliabilitas mendekati angka 1,0 merupakan indeks reliabilitas tinggi. Artinya hasil pengukuran yang pertama relatif sama dengan hasil pengukuran yang kedua. Dengan kata lain alat ukur tersebut memiliki tingkat keajegan atau ketetapan (reliabel). Untuk pengukuran ilmu‑ilmu sosial dan pendidikan indeks reliabilitas 0,75 sudah dianggap cukup mengingat sifat dan ilmu sosial dan pendidikan ber­beda dengan ilmu‑ilmu eksakta.
Jarak atau selang waktu antara pengukuran pertama dengan pengukuran kedua sebaiknya tidak terlalu dekat dan juga tidak ter­lalu jauh.Jika terlalu dekat/pendek, hasil pengukuran banyak dipengaruhi oleh ingatan siswa tentang jawaban yang diberikan pada pe­ngukuran yang pertama, bukan karena keajegan alat ukurnya.Sebaliknya jika selang waktu pengukuran pertama dengan peng­ukuran kedua terlalu lama, bisa terjadi adanya perubahan penge­tahuan dan pengalaman siswa sehingga mempengaruhi koefesien re­liabilitasnya.Asumsi yang digunakan
13
dalam tes ulang ialah karak­teristik yang diukur oleh alat ukur tersebut stabil sepanjang waktu, sehingga jika ada perubahan skor hasil kedua pengukuran lebih di­sebabkan kesalahan alat ukur.Cara tes ulang (test‑retest) banyak di­gunakan dalam menetapkan atau menentukan tingkat reliabilitas alat ukur dalam penelitian sosial dan pendidikan.
b.      Reliabilitas pecahan setara
     Reliabilitas bentuk pecahan setara tidak dilakukan pengulangan pengukuran kepada subjek yang sama tetapi menggunakan hasil dari bentuk tes yang sebanding atau setara yang diberikan kepada subjek yang sama pada waktu yang sama pula. Dengan demikian diperlukan dua perangkat alat ukur yang disusun sedemikian rupa agar memiliki derajat kesamaan atau kesetaraan baik dari segi, isi, tingkat kesu­karan alat ukur, abilitas yang diukur, jumlah pertanyaan, bentuk pertanyaan dan segi‑segi teknis lainnya.Yang berbeda hanyalah per­tanyaan.Bila penyusun kesetaraan alat ukur bisa dicapai seoptimal mungkin maka koefisien reliabilitas dari prosedur ini dianggap paling baik dibandingkan dengan prosedur tes ulang.Namun kesulitannya terletak dalam menyusun perangkat alat ukur yang benar‑benar me­ngandung derajat kesetaraan tinggi.
c.       Reliabilitas belah dua
     Reliabilitas belah dua mirip dengan reliabilitas pecahan setara ter­utama dari pelaksanaannya.Dalam prosedur ini alat ukur diberikan kepada kelompok subjek cukup satu kali atau satu saat.Butir‑butir soal dibagi dua bagian yang sebanding, biasanya membedakan soal nomor genap dengan soal nomor ganjil.Setiap bagian soal diperiksa hasilnya, kemudian skor dari kedua bagian tersebut dikorelasikan untuk dicari koefisien korelasinya.Mengingat korelasi tersebut hanya berlaku separuh tidak untuk seluruh pertanyaan, maka koefisien korelasi yang didapatkannya tidak untuk seluruh soal, tapi hanya se­paruhnya. Oleh sebab itu koefisien korelasi belah dua perlu diubah ke dalam koefisien korelasi untuk seluruh soal dengan menggunakan rumus ramalan Spearmen Brown:
14
                                                      rxx =
                                                      rxx= koefisien reliabilitas keseluruhan
                                                      r = korelasi (r) dari belah dua.
                        Contoh: Koefisien korelasi belah dua adalah 0,60
                                                       rxx=
                                                            =
   Dari contoh di atas terjadi peningkatan koefisien korelasinya, setelah dilakukan pengubahan.Assumsi yang digunakan dalam prosedur be­lah dua adalah kedua bagian alat ukur itu pararel, sekalipun sering keliru atau tidak benar.Akibat adanya pengubahan koefisien relia­bilitas, prosedur belah dua cenderung menunjukkan koefisien re­liabilitas yang tinggi daripada prosedur tes ulang dan pecahan setara.Oleh sebab itu penggunaan belah dua harus lebih berhati‑hati. Prosedur ini digunakan bila alat ukur mengandung atau terdiri dari banyak item, item relatif berat/sukar (power test), materi yang diuji cukup komprehensif sehingga memungkinkan penyusunan dua soal untuk satu permasalahan yang sama untuk memenuhi belah dua.
d.      Kesamaan rasional
        Di samping cara‑cara yang dijelaskan di atas ada prosedur meng­hitung reliabilitas tanpa melakukan korelasi dari dua pengukuran atau pecahan setara dan belah dua.Cara tersebut adalah kesamaan rasional.Prosedur ini dilakukan dengan menghubungkan setiap butir dalam satu tes dengan butir‑butir lainnya dan dengan tes itu sendiri secara

15
keseluruhan. Salah satu cara yang sering digunakan adalah menggunakan rumus Kuder-Rechardson atau KR 21.
Rumusnya:
rxx    =
rxx    = reliabilitas tes secara keseluruhan
K = jumlah butir soal dalam tes
s2= variasi skor
                                                        = mean skor
Misalnya disusun tes sebanyak 80 soal.Setelah diberikan kepada sejumlah siswa dalam kelas tertentu, lalu dicari nilai rata‑rata dan simpangan bakunya.Misalnya diperoleh nilai rata‑rata 60 dan simpangan bakunya 8. Dengan rumus di atas maka:
rxx =
     =
     =
     = 0,77
Uraian ukuran reliabilitas yang telah dijelaskan di atas dapat dipertimbangkan oleh peneliti, cara mana yang paling tepat digunakan ber­gantung pada peneliti. Pertimbangan tersebut, antara lain sifat va­riabel yang diukur, jenis alat ukur, jumlah subjek yang diukur, serta hasil‑hasil pengukuran yang diharapkan sesuai dengan tujuan penelitian
16
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas Dalam mengestimasi reliabilitas tes ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reliabilitas tes, sehingga tes tersebut tidak reliabel. Pada umumnya, dalam pendidikan reliabilitas sebuah tes dipengaruhi oleh adanya perbedaan individual. Terkadang reliabilitas dipengaruhi oleh faktor yang permanen ataupun faktor yang terjadi karena faktor sementara seperti karena kelelahan, menerka, atau pengaruh latihan.
Selanjutnya (Donald,dkk) menggambarkan faktor-faktor yang turut mempengaruhi reliabilitas instrumen penelitian:
Factor
Potensial effect
1. Length of the test

2. Heterogeneity of group
3. Ability level of group

4. Techniques used to estimate reliability

5. Nature of the variable

 6. Objectivity of scoring
The longer the test, the greater the reliability.
The more heterogeneous the group, the greater the reliability.
A test that too easy or too difficult
for a group results in lower reliability.
Test-retest and split-half give higher estimates. Equivalent forms give lower estimates.
Tests of variables that are easier to measure yield higher reliability estimates.
The more objective the scoring, the greater the reliability.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Ketetapan atau validitas dalam hasil belajar
Sifat valid diperhatikan oleh tingginya validitas hasil ukur suatu tes. Jika alat ukur yang digunakan tidak valid maka akan memberikan informasi yang keliru mengenai subjek atau individu yang dikenai tes tersebut. Suatu tes hasil belajar dikatakan memiliki validitas yang tinggi ketika alat tersebut menjalankan fungsi ukurannya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Namun ketika alat ukur yang digunakan kurang baik maka akan berdampak pada rendahnya validitas yang dihasilkan.
2.      Macam – macam Validitas yaitu :
a.       Validitas Logis
1)      Validitas isi
2)      Validitas konstruksi (Construct Validity)
b.      Validitas eksternal
1)      Validitas bandingan (Concurrent validity)
2)      Validitas ramalan (Prediktif validity )
3.      Reliabilitas dalam tes hasil belajar
Reliable memiliki arti yaitu dapat dipercaya. Reliabilitas merujuk pada ketetapan /keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang diinginkan , artinya kemampuan tersebut ketika digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Suatu tes hasil belajar dikatakan kuat apabila hasil pengukuran menunjukan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya, terhadap siswa yang sama. Namun jika terdapat perbedaan hasil pada pengukuran pertama dan pengukuran kedua bukan disebabkan oleh alat ukurnya melainkan kondisi fisik dari siswa tersebut. Indeks reliabilitas alat ukur dalam suatu penelitian dapat dicari dengan mengkorelasikan skor – skor yang

17
18
diperoleh dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang pada waktu berbeda, atau dengan kelompok pertanyaan yang sepadan.
4.      Macam – macam reliabilitas
a.       Reliabilitas tes ulang
b.      Reliabilitas pecahan setara
c.       Reliabilitas belah dua
d.      Kesamaan rasional
























DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT.       Rineka Cipta. Hlm. 221.
Brenan, Robert L. 2006. Educational Measurement. Washington: AmericanCouncil on Education                Praeger.
Prasetyo, Bambang., Jannah L. Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif-teori dan                  aplikasi. Jakart: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 89.
Prasetyo, Bambang., Jannah L. Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif-teori dan      aplikasi. Jakart: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 104.
Sudijono,Anas.2012.Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:Rajawali Press.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:          ALFABETA. Hlm. 267.













19


Related Posts by Categories



Widget by Scrapur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kiri kanan home