Anda ingin merasakan sensasi suasana hutan alam dengan beragam
tumbuhan dan satwa liar di dalamnya? Atau hendak menikmati keindahan
perairan dengan debur ombak dan panorama pantai yang menawan? Datang
saja ke Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Mencapai lokasi ini tidak sulit. Wisatawan Jakarta dapat memilih rute jalan darat Jakarta-Serang-Labuan sejauh 120 kilometer dengan lama tempuh 4-5 jam. Bisa juga rute Jakarta-Cilegon-Labuan sejauh 140 kilometer dengan lama tempuh 5-6 jam. Namun, jika tak ingin lelah dan akan menggunakan kendaraan umum, itu juga tak masalah karena dua rute itu dilayani angkutan umum bus dan minibus.
Mencapai lokasi ini tidak sulit. Wisatawan Jakarta dapat memilih rute jalan darat Jakarta-Serang-Labuan sejauh 120 kilometer dengan lama tempuh 4-5 jam. Bisa juga rute Jakarta-Cilegon-Labuan sejauh 140 kilometer dengan lama tempuh 5-6 jam. Namun, jika tak ingin lelah dan akan menggunakan kendaraan umum, itu juga tak masalah karena dua rute itu dilayani angkutan umum bus dan minibus.
Apabila ingin meneruskan perjalanan ke kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dengan naik kapal cepat berkapasitas sekitar delapan orang, pengunjung dapat berangkat dari Carita. Tarif sewa kapal cepat ini Rp 3,5 juta per hari. Pilihan lain, perahu motor berkecepatan sedang dengan kapasitas angkut sekitar 25 orang yang berangkat dari Sumur atau Tamanjaya. Tarif sewanya lebih murah, yakni Rp 1,8 juta per kapal per hari.
Pilihan transportasi sudah diputuskan, sekarang tinggal mempersiapkan diri untuk menikmati taman nasional tersebut. Para pelancong bisa menikmati keindahan laut dan pulau-pulau kecil dengan perairan di sekelilingnya.
Pengunjung yang gemar berselancar dapat memuaskan tingginya gelombang ombak di Teluk Pulau Panaitan. Keindahan terumbu karang dapat dinikmati di taman laut Pulau Peucang dan Kepulauan Handeuleum.
Pengunjung yang berminat menyelam dapat melakukannya di perairan sekitar Pulau Peucang dan pantai utara serta timur Pulau Panaitan. Atau ada yang ingin bersantai dengan naik kano? Kegiatan mendayung perahu langsing ini dapat dilakukan di sepanjang Sungai Cigenter, Sungai Pamanggangan, dan Cikabeumbeum.
Sebagai catatan, tidak di setiap waktu pengunjung bisa memasuki hutan Semenanjung Ujung Kulon karena kawasan ini merupakan habitat satwa langka badak bercula satu. Pastikan agar jadwal kunjungan tidak berbarengan dengan masa kawin badak. Jadwal dan rute kunjungan ini harus dikonfirmasikan dulu ke Balai Taman Nasional di Labuan. Selain itu, karena lokasi taman nasional dikelilingi perairan Selat Sunda dan Samudra Hindia, faktor cuaca harus benar-benar diperhatikan demi keselamatan. Jangan memaksakan jika cuaca buruk dan gelombang tinggi.
Pesona hutan
Pemandangan di darat pun tidak kalah memesona. Bicara mengenai hutan, ada perbedaan antara hutan di Pulau Peucang dan di Semenanjung Ujung Kulon. ”Di Pulau Peucang dapat ditemui hutan primer, sedangkan di semenanjung ini adalah hutan sekunder,” kata Dodi Sumardi, pegawai Balai TNUK.
Hutan primer dicirikan dengan lantai hutan yang relatif bersih dari semak belukar karena tumbuhan rendah tidak mampu berfotosintesis. Sementara itu, hutan sekunder, lantai hutannya penuh dengan semak belukar. Hutan sekunder di Semenanjung Ujung Kulon adalah hasil suksesi alami pascameletusnya Gunung Krakatau tahun 1883. Beragam jenis pohon menghiasi rimba Ujung Kulon yang merupakan hutan hujan tropis dataran rendah ini.
Ketika memasuki hutan di
Gardu Buruk—salah satu blok di taman nasional—terlihat pohon kiara
pencekik (Ficus sp) yang diameter jalinan akarnya lebih dari
sepuluh rangkulan orang dewasa. Sebutan kiara pencekik karena pohon itu
awalnya menempel di batang pohon inang. Namun, lambat laun, sembari
mengisap sari makanan dari tubuh pohon inang, akar-akar kiara itu terus
menjalar ke bawah hingga dapat menyedot hara dari dalam tanah. Pohon
inang pun tercekik hingga mati, sementara kiara terus menjulang tinggi.
Gambaran persaingan untuk bertahan hidup di alam.
Aneka satwa liar
pun kerap dijumpai di taman nasional. Seekor ular pucuk dengan kepala
berbentuk segitiga, tanda jenis ular berbisa, kami jumpai pula ketika
mengikuti rombongan tim identifikasi badak tahun 2010 masuk ke hutan
Ujung Kulon pertengahan Juni.
Belum lagi burung-burung dari
berbagai jenis. Diperkirakan, ada 250 jenis burung yang memiliki habitat
di taman nasional sehingga lokasi ini menjadi tempat ideal untuk
menyalurkan hobi mengamati burung. Jika berkunjung ke taman ini, jangan
lupa bawa teropong.
Kegiatan lintas alam masuk keluar hutan
merupakan paket wisata yang disukai beberapa kalangan. Wisata ini selain
menuntut kesiapan fisik menembus hutan belukar, pengunjung pun harus
sabar apabila bertemu satwa liar.
”Kegiatan tracking di
alam liar banyak disukai pengunjung, terutama yang muda dan berjiwa
petualang. Kalau wisatawan keluarga, kebanyakan lebih suka berwisata ke
pulau-pulau di kawasan TNUK yang ada penginapannya,” kata Edi Bachtiar,
pemandu.
Khusus di Pulau Handeuleum, kemungkinan besar pengunjung
bertemu rusa dan monyet. Hal ini karena ada belasan rusa di pulau
tersebut. Apabila beruntung, bisa bertemu rusa yang muncul dari balik
pagar belukar tempat penginapan wisatawan. Rusa-rusa ini kerap mendekat
dan menjulurkan kepalanya menyantap makanan yang diberikan para
wisatawan.
Akan halnya dengan monyet, primata satu ini juga kerap
terlihat di pepohonan, termasuk yang tumbuh di sekitar penginapan. ”Pada
hari-hari tertentu, sering ada sekelompok monyet bermain ayunan di
sulur-sulur pohon dan kemudian ramai-ramai menceburkan diri ke kubangan
sekitar sungai,” kata Mustari, petugas di resor Handeuleum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar