Terkadang kau memulainya sebagai seorang investor dengan puluhan milyar
cinta di tanganmu hingga serasa tak akan pernah habis ketika kau
menginvestasikannya.
Terkadang bahkan kau tak menginvestasikannya segera, menunggu dan terus menunggu untuk menempatkannya di sebuah perusahaan impian yang tak kunjung tiba, padahal begitu banyak perusahaan yang baik bagimu namun kau tak menyadarinya.
Terkadang kau tak kunjung-kunjung menginvestasikan cintamu karena takut akan resiko yang akan kau tanggung. Padahal kau sendiri sadar bahwa tak ada cinta tanpa resiko.
Terkadang kau dengan mudah menanamkan sahammu pada sebuah perusahaan, namun setelah kau telah merasa mendapat capital gain yang cukup kau dengan mudah mencari perusahaan potensial yang lain.
Namun terkadang kau memulainya dengan menjadi seorang investor yang benar-benar pengaplikasikan teorimu, portofolio. Kau menginvestasikan saham-sahammu pada beberapa perusahaan berbeda.
Beberapa saat setelah kau menanamkan sahammu. Saham-saham itu mulai berkembang, memberikan deviden bagimu. Seberapa bijakkah kau tergantung pilihanmu, menanamkannya kembali sebagai retain earning untuk menumbuhkan perusahaan[cinta]mu lebih besar, atau berpangku tangan menikmati deviden atas saham yang kau tanamkan. Padahal terkadang perusahaanmu sangat berharap akan retain earning[cinta] namun tetap setia memberikanmu deviden meskipun kau tak menambah saham-sahammu di perusahaanmu itu. Perusahaanmu tetap setia mendengarkan pendapatmu, padahal tak jarang membawa mereka kepada kehancuran.
Terkadang kau memulainya sebagai sebuah perusahaan, yang selalu merasa miskin, yang selalu merasa bahwa perusahaanyalah yang paling menyedihkan di dunia ini, yang selalu berharap akan datangnya seorang investor.
Namun terkadang kau memulainya sebagai sebuah perusahaan yang tangguh, yang walaupun tak memiliki tangible asset, namun kau memiliki intangible asset yang hebat. Harga dirimu. Kau tak pernah berharap akan adanya investor yang membantumu. Kau cukup tangguh untuk berjuang sendirian.
Pemilihan permodalan menjadi sebuah dilema. Memilih untuk utang atau menjual saham. Yang menjadi persoalan adalah terkadang mereka yang memberikan modal [cinta] padamu salah mengartikannya sebagai utang, mereka menuntutmu untuk mengembalikannya beserta bunga.
Namun jangan patah arang. Untungnya selalu ada investor berbasis syariah. Yang menanamkan modal kepadamu tanpa mengharap riba, yang terkadang ikut menanggung kerugianmu, setia disaat suka maupun duka.
sumber: ekonomgila.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar