TEKNIK PENSKORAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Evaluasi
Proses Dan Hasil Belajar
Dosen Prasetyaningsih, M.pd
Disusun oleh :
Alija Muahamd
pranawa (2281142189)
Ayu Lestari (2281142178)
Dillah ma’rifah (2281142559)
Muhamad Haerudin
(2281141976)
Putri Aprilia Bakhtiar(2281142656)
JURUSAN PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
SERANG BANTEN
2016
KATA PENGATAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Teknik Penskoran. Tugas penulisan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Evaluasi
Proses Dan Hasil Belajar.
Terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan
karena kemampuan kami semata-mata, namun karena adanya dukungan dan bantuan
dari pihak-pihak yang terkait. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Prasetyaningsih yang
telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari isi
maupun susunannya. Kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
untuk menyempurnakan makalah ini.
Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amiin.
Serang,
19 November 2016
Penulis
|
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................. 1
C.
Tujuan
Penulisan.................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penskoran dan Penilaian........................................ 3
B.
Perbedaan Penskoran dan Penilaian........................................ 5
C.
Jenis-Jenis Kunci Pemberian Skor........................................... 5
D.
Mengelolah Penskoran.............................................................. 9
E.
Mengelolah
Hasil Belajar........................................................... 14
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................ 16
B.
Saran...................................................................................... 16
|
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 17
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Evaluasi adalah suatu proses
merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka
setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja
direncanakan untuk memperoleh informasi atau data. Berdasarkan data tersebut
kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Sudah barang tentu informasi atau data
yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi
yang direncanakan.
Dalam hubungan dengan kegiatan
pengajaran, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
ssiwa.
Dalam dunia pendidikan pasti dilakukan
suatu evaluasi, salah satunya dengan cara tes dikumpulkan dan kemudian
dilakukan penilaian dan pemberian skor. Penilaian yang meliputi pengertian
penyekoran dan penilaian, perbedaan menyekor dan menilai serta langkah-langkah
melakukan penilaian.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari penskoran dan penilaian?
2. Bagaimana
perbedaan antara penskoran dan penilaian?
3. Apa
saja jenis-jenis kunci pemberian skor?
4.
Bagaimana cara mengelolah penskoran?
5.Bagaimana cara mengelolah hasil belajar?
|
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian penskoran dan penilaian.
2. Untuk
mengetahui perbedaan penskoran dan penilaian.
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis kunci pemberian skor.
4.
Untuk mengetahui bagaimana cara mengelolah penskoran.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengelola
hasil belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penskoran dan Penilaian
1.
Pengertian Penskoran
Pemberian skor (=scoring) merupakan
langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes, yaitu proses pengubahan
jawaban soal tes menjadi angka-angka dengan kata lain pemberian skor itu
merupakan tindakan kuantifikasi terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh
testee dalam suatu tes hasil belajar.
Angka-angka hasil penilaian itu
selanjutnya diubah menjadi nilai-nilai (=grade) melalui proses tertentu.
Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai hasil tes itu ada yang tertuang
dalam bentuk angka dengan rentangan antara 0 – 10, antara 0 – 100, dan ada pula
yang menggunakan simbol huruf A, B, C, D dan F (F = fail) = gagal).
Cara pemberian skor terhadap hasil tes
belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal-soal yang dikeluarkan dalam
tes tersebut, apakah tes uraian (essay) ataukah tes objektif (objective test).
|
Untuk soal-soal objektif biasanya setiap jawaban
benar diberi skor 1 (satu) dan setiap jawaban yang salah diberi skor 0 (nol);
total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dari semua soal.
Untuk soal-soal essay dalam penskorannya biasanya digunakan cara memberi bobot
(weithing) kepada setiap soal menurut tingkat kesukaranya atau
banyak-sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling
baik. Misalnya: untuk soal no. 1 diberi skor maksimal 4, untuk soal no. 3
diberi skor maksimum 6, untuk skor no. 5 skor maksimum 10 dan seterusnya.
|
Di lembaga–lembaga pendidikan kita,
masih banyak pengajaran yang melakukan penskoran soal-soal essay, tanpa
pembobotan; setiap soal diberi skor yang sama meskipun sebenarnya tingkat
kesukaran soal-soal dalam tes yang disusunnya itu tidak sama.
Bahkan
yang lebih memprihatinkan lagi, terutama dalam penilaian soal-soal essay,
proses penskoran dan penilaian biasanya tidak dibedakan satu sama lain; pekerjaan
siswa atau mahasiswa langsung diberi nilai, jadi bukan diskor terlebih dahulu.
Oleh karena itu, hal ini sering kali menimbulkan terjadinya halo effect, yang
berarti dalam penilaiannya itu diikutsertakan pula unsur-unsur yang irelevan
seperti kerapian dan ketidakrapian tulisan, gaya bahasa, atau panjang-pendeknya
jawaban sehingga cenderung menghasilkan penilaian yang kurang andal. Hasil
penilaian menjadi kurang objektif. Jika tes yang berbentuk soal-soal essay
tersebut dinilai oleh lebih dari satu orang, sering kali terjadi
perbedaan-perbedaan diantara penilai, bahkan juga hasil penilaian seorang
penilai sering kali berbeda terhadap jawaban-jawaban yang sama dari soal
tertentu. Kesalahan seperti ini tidak akan selalu terjadi jika dalam
pelaksanaannya diadakan pemisahan antara proses penskoran dan penilaian.
2.
Pengertian Menilai
Sesuai memeriksa hasil tes dan
menghitung jumlah jawaban benar untuk menentukan skornya, maka langkah berikut
adalah menetapkan nilai untuk pencapaian belajar siswa seperti yang dicerminkan
oleh skor itu. Kalimat ini menunjukkan bahwa skor dan nilai mempunyai
pengertian yang berbeda.
Skor (score atau mark) adalah angka yang
menunjukkan jumlah jawaban yang benar dari sejumlah butir soal yang membentuk
tes. Dengan demikian, apabila jumlah soal yang benar ada 25, maka skor untuk
siswa tersebut adalah juga 25, terlepas dari berapa jumlah soal yang membentuk
tes itu. Jadi, biarpun jumlah soal dalam tes itu 30, 40, 50, 75, atau 100
sekalipun, siswa tersebut tetap mendapat skor 25. Pemberian angka skor itu
sebagai angka nilai tersebut tidak tepat. Skor 25 dari 30 butir soal berbeda
nilai daripada skor 25 pada tes dengan 50 butir soal, apalagi pada tes dengan
100 butir soal. Pada tes dengan 30 butir soal, skor 25 menempatkan siswa itu
pada kelompok yang berhasil mencapai 83% tujuan instruksional yang diukur
dengna tes tersebut. Tetapi skor 25 yang diperoleh dari tes dengan 50 butir
soal, tingkat pencapaian tujuan instruksional hanya sebesar 50%, dan hanya
sebesar 25% pada tes
|
dengan 100 butir soal. Angka-angka
persentase itu diperoleh dengan jalan membagi jumlah skor dengan jumlah butir
soal dalam seluruh tes dan dikalikan dengan 100%. Angka-angka persentase ini
menunjukkan nilai skor tersebut dalam kaitan dengan seluruh tes yang disajikan.
B.
Perbedaan Penskoran dan Penilaian
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor
(sama dengan memberikan angka yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan
angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijawab dengan betul,
dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Adapun yang dimaksud nilai
adalah angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari skor yang
sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya
dengan standar tertentu. Itulah sebabnya mengapa nilai sering disebut skor
standar (standard score).
Nilai pada dasarnya adalah angka/huruf
yang melambangkan seberapa jauh/seberapa besar kemampuan yang telah ditujukan
oleh testee terhadap materi atau bahan yang teskan, sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang telah ditentukan.
Penskoran berarti proses pengubahan
prestasi menjadi angka-angka, sedangkan dalam penilaian kita memproses
angka-angka hasil kuantifikasi prestasi itu dalam hubungannya dengan
“kedudukan” personal siswa dan mahasiswa yang memperoleh angka-angka tersebut
di dalam skala tertentu. Dalam penskoran, perhatian utama ditujukam kepada
kecermatan dan kemantapan, sedangkan dalam penilaian, perhatian terutama
ditujukan kepada validitas dan kegunaan.
C.
Jenis-Jenis Kunci Pemberian Skor
Disamping penyusunan dan pelaksanaan
tes, menskor dan menilai merupakan pekerjaan yang menuntut ketekunan yang luar
biasa dari penilai, ditambah dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu. Nama
lain dari menskor adalah memberi angka.
Dalam
hal menskor atau menentukan angka, dapat digunakan tiga macam alat bantu, yaitu
:
1.
Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban.
|
2. Pembantu menyeleksi jawaban yang
benar dan yang salah, disebut kunci scoring.
3.
Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian.
Keterangan
dan penggunaannya dalam berbagai bentuk tes.
a. Kunci jawaban dan kunci pemberian
skor untuk tes bentuk pilihan ganda (Multiple Choice)
Dengan bentuk tes seperti ini, testee
diminta untuk melingkari atau tanda silang salah satu pilihan jawaban. Dalam
hal menentukan kunci jawaban untuk bentuk ini langkahnya sama seperti soal
bentuk betul salah. Hanya untuk soal yang jumlahnya melebihi 30 buah, sebaiknya
menggunakan lembar jawaban dan nomor-nomor urutannya dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak memakan tempat.
Dalam menentukan angka untuk tes bentuk
pilihan ganda, dikenal 2 (dua) macam cara pula, yakni tanpa hukuman dan dengan
hukuman. Tanpa hukuman apabila banyaknya angka dihitug dari banyaknya jawaban yang
cocok dengan kunci jawaban.
Tanpa
hukuman menggunakan rumus : S = R
Keterangan
:
S
= Skor yang sedang di cari
R
= Right (Jumlah Jawaban betul )
Dengan
hukuman menggunakan rumus : S= (R – W) : (n – 1).
Di
mana :
S =
Score
W =
Wrong
n =
Banyaknya pilihan jawaban (yang pada umumnya di indonesia 3,4,atau 5).
b. Kunci
jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah
Untuk tes bentuk betul-salah
(true-false) yang dimaksud dengan kunci jawaban adalah deretan jawaban yang
kita persiapkan untuk pertanyaan atau soal-soal
|
yang kita susun, sedangkan kunci skoring
adalah alat yang kita gunakan untuk mempercepat pekerjaan skoring.
Oleh karena itu dalam hal ini testee
(tercoba) hanya diminta untuk melingkari huruf B atau S, maka kunci jawaban
yang disediakan hanya berbentuk urutan nomor serta huruf dimana kita
menghendaki untuk melingkari atau dapat juga diberi tanda X pada jawabannya.
Misalnya
:
1.
B
6. S
2.
S
7. B
3.
S
8.
S
4.
B
9. S
5.
B
10. B
c. Kunci
jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawaban singkat (Short answer
test)
Tes berbentuk jawaban singkat adalah
bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk kata atau kalimat pendek. Bentuk
tes ini dapat digolongkan kedalam bentuk tes obyektif. Tes bentuk isian ini,
dianggap setaraf dengan tes jawaban singkat ini.Dengan mengingat jawaban yang
hanya satu pengertian saja, maka angka bagi tiap nomor soal mudah ditebak.
Usaha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih sulit daripada tes
bentuk betul-salah atau bentuk pilihan ganda. Sebaiknya tiap soal diberi angka
2. Dapat juga angka itu kita samakan dengan angka pada bentuk betul-salah atau
pilihan ganda jika memang jawaban yang diharapkannya ringan atau mudah. Tetapi
sebaliknya apabila jawabannya bervariasi misalnya lengkap sekali, lengkap dan
kurang lengkap, maka angkanya dapat dibuat bervariasi pula misalnya 2; 1,5; dan
1.
d. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk
tes bentuk menjodohkan (Matching)
|
Pada dasarnya tes ini adalah bentuk tes
pilihan ganda, dimana jawabannya dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-pertanyaannya.
Satu kesulitan lagi adalah bahwa jawaban yang dipilih dibuat sedemikian rupa
sehingga jawaban yang satu tidak diperlukan bagi pertanyaan lain.
Kunci jawaban tes bentuk ini dapat
berbentuk deretan jawaban yang dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti oleh
huruf-huruf yang terdapat didepan alternative jawaban.Telah dijelaskan bahwa
tes bentuk menjodohkan ini adalah tes bentuk pilihan ganda yang lebih kompleks.
Maka angka yang diberikan sebagai imbalan juga harus lebih banyak. Sebagai
ancar-ancar dapat ditentukan bahwa angka untuk tiap nomor adalah 2.
e.
Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (Essay test)
Sebelum menyusun sebuah tes uraian
sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok-pokok jawaban yang kita
kehendaki. Dengan demikian, akan mempermudah kita dalam mengoreksinya.Ada
sebuah saran, langkah-langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu kita
mengoreksi dan memberi angka tes bentuk uraian. Saran tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Membaca
soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban. seluruh jawaban, kita dapat memperoleh
gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan.
2) Menentukan
angka untuk soal pertama tersebut. misalnya jika jawaban itu lengkap diberi angka
5, kurang sedikit diberi angka 4, demikian seterusnya.
3) Memberi
angka bagi soal pertama.
4) Membaca
soal kedua dari seluruh jawaban siswa untuk mengetahui situasi jawaban,
dilanjutkan dengan pemberian angka untuk soal kedua.
5) Mengulangi
langkah-langkah tersebut bagi soal tes ketiga dan seterusnya hingga seluruh
soal diberi angka.
6) Menjumlahkan
angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes bentuk uraian.
D. Mengelola Penskoran
Dalam
evaluasi pembelajaran diperlukan pedoman penskoran yang dapat digunakan sebagai
petunjuk menilai pekerjaan siswa (Charlotte Danielson, 1997). Pedoman penskoran
adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan skor hasil penyelesaian
pekerjaan siswa. Skor ini kemudian ditafsirkan menjadi nilai. Kesulitan
|
yang dihadapi adalah menetapkan skor
dengan tepat terhadap penyelesaian pekerjaan siswa, baik tugas, ulangan, atau
yang lain. Konsistensi penskoran sangat penting untuk pemerolehan hasil
penilaian antar siswa yang tidak bias dikarenakan penilaian guru yang tidak
konsisten.
Proses
pengembangan pedoman penskoran perlu memperhatikan aspek dan criteria yang
digunakan sebagai kerangka untuk menentukan skor terhadap hasil kerja siswa
(Charlotte Danielson, 1997). Aspek dan kriteria ini harus didefinisikan dengan
jelas dan benar sebagai pijakan dalam perumusan pedoman penskoran lebih lanjut.
Aspek belajar yang dinilai harus diselaraskan dengan kompetensi yang dipelajari
siswa sehingga dapat membimbing guru memberikan penilaian yang akurat. Kriteria
penilaian juga penting ditentukan dengan baik sebagai pijakan menentukan
standar penskoran yang akan ditetapkan dalam pedoman. Kriteria yang jelas akan
membantu pengembang untuk menghasilan pedoman penskoran yang tepat sehingga
penilaian yang dihasilkan akan berkeadilan.
Penskoran
diperlukan baik untuk tes bentuk pilihan maupun uraian. Kedua bentuk tes
tersebut memerlukan pedoman yang jelas apa dan bagaimana penilaian dilakukan.
1. Penskoran Tes Bentuk Pilihan
Cara penskoran
tes bentuk pilihan ada dua, yaitu tanpa koreksi terhadap jawaban tebakan dan
dengan koreksi terhadap jawaban tebakan.
a.
Penskoran tanpa koreksi terhadap jawaban
tebakan
Untuk
memperoleh skor dengan teknik penskoran ini digunakan rumus sebagai berikut:
Skor = (N/B)x100
Keterangan:
B
:
banyaknya butir yang dijawab benar
N
:
banyaknya butir soal
Penskoran
tanpa koreksi saat ini banyak digunakan dalam penilaian pembelajaran. Namun
teknik penskoran ini sesungguhnya mengandung kelemahan karena kurang mampu
mencegah peserta tes berspekulasi dalam menjawab tes. Hal ini disebabkan tidak
adanya resiko bagi siswa ketika memberikan tebakan apapun dalam memilih jawaban
sehingga jika mereka tidak mengetahui jawaban mana yang paling tepat maka
mereka leluasa memilih salah satu pilihan secara sembarang. Benar atau salahnya
jawaban sembarang tidak menunjukkan kemampuan siswa. Semakin banyak jawaban
|
tebakan semakin besar penyimpangan skor
dengan penguasaan kompetensi siswa yang sesungguhnya.
b.
Penskoran dengan koreksi terhadap
jawaban tebakan
Untuk
memperoleh skor siswa dengan teknik penskoran ini digunakan rumus sebagai
berikut:
Skor
= [B-S/P-1] X 100
N
Keterangan
B
:
banyaknya butir soal yang dijawab benar
S
:
banyaknya butir yang dijawab salah
P
:
banyaknya pilihan jawaban tiap butir.
N
:
banyaknya butir soal
Butir
soal yang tidak dijawab diberi skor 0.
Keunggulan
teknik penskoran ini dibanding penskoran tanpa koreksi adalah teknik ini lebih
mampu meminimalisir spekulasi jawaban siswa. Jika siswa mengetahui jawaban
salah akan berdampak berkurangnya skor yang akan mereka dapatkan maka siswa
akan lebih hati-hati memilih jawaban. Jika siswa tidak memiliki keyakinan yang
cukup tentang kebenaran jawabannya, maka siswa akan memilih mengosongkan
jawaban untuk menghindari pengurangan.
Contoh
1.
Andaikan
Rizki mengerjakan soal pilihan ganda sebanyak 30 butir dengan 4 alternatif
jawaban. Pekerjaan yang benar sebanyak 16 butir. Skor yang diperoleh Rizki
dihitung.sebagai berikut.
Skor
= [B-S/P-1] X 100
N
Skor
= [16-14/4-1] X 100
30
|
Skor = 37,777778 atau
Skor = 38
2.
Penskoran
bentuk uraian
Pedoman
penskoran tes bentuk urian ada dua macam, yaitu pedoman penskoran analitik dan
penskoran holistic.
a.
Menggunakan penskoran analitik
Penskoran
analitik digunakan untuk permasalahan yang batas jawabannya sudah jelas dan
terbatas. Biasanya teknik penskoran ini digunakan pada tes uraian objektif yang
mana jawaban siswa diuraikan dengan urutan tertentu. Jika siswa telah menulis
rumus yang benar diberi skor, memasukkan angka ke dalam formula dengan benar
diberi skor, menghasilkan perhitungan yang benar diberi skor, dan kesimpulan
yang benar juga diberi skor. Jadi, skor suatu butir merupakan penjumlahan dari
sejumlah skor dari setiap respon pada soal tersebut.
Berikut
salah satu contoh pengembangan pedoman penskoran analitik yang akan digunakan
sebagai pedoman penentuan skor tes untuk mengukur penguasaan kompetensi peserta
didik dalam menghitung volume benda berbentuk balok dan mengubah satuan
ukurannya. Misalkan indikator dan butir soalnya adalah sebagai berikut:
Indikator : Siswa dapat menghitung volum bak mandi
berbentuk balok jika diketahui panjang, sisi, dan tingginya serta mengubah
satuan ukuran.
Butir Soal : Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran
panjang 150 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi volum bak
mandi tersebut?
Mencermati
atribut dan karakteristiknya, teknik penskoran yang tepat pada pedoman
penskoran soal di atas adalah penskoran analitik karena batas jawaban sudah
jelas dan terbatas. Setelah ditetapkan tujuannya, Anda harus menentukan atribut
yang akan diukur, yaitu penguasaan kompetensi menghitung volum benda berbentuk
balok dan mengubah satuan ukurnya. Atribut ini kemudian dijabarkan
karakteristiknya menjadi aspek-aspek yang diukur, misal: menentukan rumus yang
akan digunakan, menghitung volum berdasar rumus yang ditetapkan, dan mengubah
satuan.
Langkah
selanjutnya Anda membuat kunci jawaban secara lengkap diuraikan dengan menurut
urutan tertentu. Bila siswa telah menulis rumus yang benar diberi skor,
memasukkan angka ke dalam formula dengan benar diberi skor, menghasilkan
perhitungan yang benar diberi skor, dan kesimpulan
|
yang benar juga diberi skor. Skor akhir
diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap respon pada soal tersebut. Berikut
contoh pedoman penskorannya:
Langkah
|
Kunci
Jawaban
|
Skor
|
1.
|
Isi
Balok = panjang × lebar × tinggi
|
1
|
2.
|
=
150 cm × 80 cm × 75 cm
|
1
|
3.
|
=
900.000 cm3
Isi
bak mandi dalam liter :
|
1
|
4.
|
=
900.000liter
1000
|
1
|
5.
|
=
900 liter
|
1
|
Skor
Maksimal
|
5
|
Sebelum
Anda gunakan, ujicobakan pedoman penskoran di atas pada beberapa lembar
pekerjaan siswa untuk mengetahui aplikabilitasnya. Jika ada beberapa bagian
yang menyulitkan penggunaannya, perbaikilah sebelum digunakan untuk mengoreksi
seluruh lembar jawaban siswa. Tetapi jika sudah dapat digunakan dengan baik,
Anda dapat langsung menggunakan pedoman penskoran di atas sebagai pedoman
mengoreksi seluruh lembar jawaban siswa.
b.
Menggunakan penskoranholistic
Teknik
ini cocok untuk penilaian tes uraian non objektif. Caranya adalah denganmembaca
jawaban secara keseluruhan tiap butir kemudian meletakkan dalam kategori-kategori
mulai dari yang baik sampai kurang baik, bisa tiga sampai lima. Jadi tiap jawaban
siswa dimasukkan dalam salah satu kategori, dan selanjutnya tiap jawaban
tiapkategori diberi skor sesuai dengan kualitas jawabannya. Kualitas jawaban
ditentukan oleh penilai secara terbuka, misalnya harus ada data atau fakta, ada
unsur analisis, dan ada kesimpulan.
Penskoran
soal uraian kadang menggunakan pembobotan. Pembobotan soal adalah pemberian
bobot pada suatu soal dengan membandingkan terhadap soal lain dalam suatu
perangkat tes yang sama. Pembobotan soal uraian hanya dilakukan dalam
penyusunan perangkat tes. Apabila soal uraian berdiri sendiri tidak dapat
ditetapkan bobotnya. Bobot setiap soal mempertimbangkan faktor yang berkaitan
materi dan karakteristik soal itu sendiri, seperti luas lingkup materi yang
hendak dibuatkan soalnya, esensialitas dan tingkat kedalaman
|
materi yang ditanyakan serta tingkat
kesukaran soal. Hal yang juga perlu dipertimbangkan adalah skala penskoran yang
hendak digunakan, misalnya skala 10 atau skala 100. Apabila digunakan skala
100, maka semua butir soal dijawab benar, skornya 100; demikian pula bila skala
yang digunakan 10. Hal ini untuk memudahkan perhitungan skor. Skor akhir siswa
ditetapkan dengan jalan membagi skor mentah yang diperoleh dengan skor mentah
maksimumnya kemudian dikalikan dengan bobot soal tersebut. Rumus yang dipakai
untuk penghitungan skor butir soal (SBS) adalah :
SBS
= a x c
b
Keterangan
SBS : skor butir soal
a
:
skor mentah yang diperoleh siswa untuk butir soal
b
:
skor mentah maksimum soal
c
: bobot soal
Setelah
diperoleh SBS, maka dapat dihitung total skor butir soal berbagai skor total
siswa (STP) untuk serangkaian soal dalam tes yang bersangkutan, dengan menggunakan
rumus :
STP
= Σ
SBS
Keterangan
STP : skor total peserta
SBS
:
skor butir soal.
Misalkan
Anda akan mengembangkan pedoman penskoran tes untuk mengukur kemampuanpemecahan
masalah siswa berikut.
Contoh
:
Enuk,
Endah, dan Sunarto masing-masing membeli sebuah buku di koperasi sekolah. Enuk
membeli buku seharga Rp. 750,00, Endah membeli buku seharga Rp. 800,00, dan
Sunarto membeli buku seharga Rp. 850,00. Jika uang mereka masing-masing
Rp.1.000,00, berapakah keseluruhan sisa uang mereka bertiga?
Tujuan
pengembangan penskoran ini jelas, yaitu sebagai pedoman penilaian pada
pengukuran kecakapan pemecahan masalah siswa. Setelah Anda menetapkan tujuan
penggunaan pedoman penskoran Anda, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi
atribut kemampuan pemecahan masalah. Lakukan kajian teoritik berbagai literatur
sehingga diperoleh gambaran jelas karakteristik kemampuan pemecahan masalah.
Dari hasil kajian tersebut,
|
jabarkan karakteristik kemampuan
pemecahan masalah sehingga bisa digunakan sebagai poin pencermatan utama dalam
penetapan skor. Secara umum ada empat langkah memecahkan masalah, yaitu:
memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana
pemecahan masalah, dan membuat kesimpulan. Berikut salah satu alternatif
pedoman penskoran yang dapat digunakan.
Kriteria
|
0
|
1
|
2
|
Memahami
masalah
|
Tidak
memahami
masalah
|
Kurang
memahami
masalah
|
Mampu
memahami
Masalah
|
Merumuskan
pemecahan
masalah
|
Tidak
mampu
merumuskan
pemecahan
|
Mampu
merumuskan
pemecahan,
tetapi tidak
tepat
|
Mampu
merumuskan
pemecahanan
dengan
tepat
|
Melaksanakan
pemecahan
masalah
|
Tidak
mampu
melaksanakan
pemecahan
masalah
|
Mampu
melaksanakan
pemecahan
masalah,
tetapi
tidak tepat
|
Mampu
melaksanakan
pemecahan
masalah
|
Membuat
Kesimpulan
|
Tidak
mampu
membuat
kesimpulan
|
Mampu
membuat
kesimpulan,
tetapi tidak
tepat
|
Mampu
membuat
Kesimpulan
|
E.Mengelola
Hasil Belajar
1. Assessment of learning (penilaian atas pembelajaran)
2. Assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran)
3. Assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran)
Teknik penilaian yang
dapat digunakan
1. Sikap
a. Utama:
Observasi
b. Penunjang:
Penilaian
Diri
Penilaian
Antar Peserta Didik
2. Pengetahuan
a. Tes
Tertulis
b. Tes
Lisan
c. Penugasan
d. Portofolio
3. Keterampilan
a. Kinerja
b. Proyek
c. Portofolio
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan bahwa yang dimaksud penyekoran adalah proses
pengubahan jawaban soal tes menjadi angka-angka, atau sebuah tindakan
kuantifikasi terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh testee dalam suatu
tes hasil belajar.
Sedangkan penilaian adalah memproses
angka-angka hasil kuantifikasi prestasi dalam hubungannya dengan “kedudukan”
personal siswa dan mahasiswa yang memperoleh angka-angka tersebut di dalam
skala tertentu, misalnya skala tentang baik buruk, bisa diterima-tidak bisa
diterima, dinyatakan lulus-tidak lulus.
Dalam menentukan pemberian skor terdapat
jenis-jenis kunci yang berbeda tergantung dari setiap jenis tes yang diberikan
apakah tes bentuk pilihan ganda (Multiple Choice) , tes bentuk
betul-salah, tes bentuk jawaban singkat (Short answer test), tes bentuk
menjodohkan (Matching), tes bentuk uraian (Essay test) dan tes bentuk tugas.
B. Saran
Sebagai
seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang profesional dalam memberikan
skor atau nilai kepada siswa. Hal ini perlu diperhatikan oleh guru karena hasil
dari skoring memiliki implikasi yang luas dan kompleks, tidak hanya pada siswa
tetapi juga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap nilai tersebut. Maka dari
itu, guru harus memiliki pengetahuan yang cukup dan ketrampilan yang
profesional dalam memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa sehingga
dapat benar-benar merepresentasikan capaian hasil belajar siswa.
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi.
2007. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan .Jakarta : Bina Aksara
Purwanto,
Ngalim.. 2001.Prinsip-prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Silverius,
Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan
Umpan Balik. Jakarta: Grasindo.
Sudijono,
Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sumaryanta.2015. Pedoman
Penskoran.Yogyakarta: Indonesian Digital Journal of Mathematics and
Education Volume 2 Nomor 3.
|
||||
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar