UNSUR-UNSUR LOGAM TRANSISI
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Unsur dan Senyawa
Dosen Dwi Indah Suryani,
M.Pd
Disusun oleh :
Reggy Oke Vinatha ()
Yoga Parenta ()
JURUSAN PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
SERANG BANTEN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. Tuhan semesta alam, atas
berkat rahmat dan karuniaNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Unsur dan Senyawa.
Penulis berterima kasih kepada dosen penulis yang telah
membimbing dan juga memberi tugas pada mata kuliah ini.
Makalah ini memaparkan mengenai Unsur-unsur Transisi. Sehubungan dengan ini penulis berharap makalah
dapat bermanfaat bagi semuanya.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritikan dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Serang,
20 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang............................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.......................................................................... 2
C.
Tujuan............................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Unsur Transisi..............................................................
B.
Sifat-sifat Kimia Unsur Transisi....................................................
C. Keberadaan Unsur Transisi di Alam..............................................
D. Pembuatan Unsur Transisi.............................................................
E. Kegunaan Unsur Transisi...............................................................
F.
Persenyawaan Unsur Transisi........................................................
G. Kestabilan Unsur Transisi..............................................................
H. Sintesis Protein Unsur Transisi......................................................
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan...........................................................................................
2. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem periodik unsur adalah suatu daftar unsur-unsur yang
disusun dengan aturan tertentu. Semua unsur yang sudah dikenal ada dalam daftar
tersebut. Didalam sistem periodik unsur terdapat Unsur Transisi. Unsur transisi adalah unsur yang
dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit pertama terluar untuk
berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur Transisi adalah kelompok unsur kimia yang berada pada golongan 3 sampai 12 (IB
sampai VIIIB pada sistem lama). Kelompok ini terdiri dari 38 unsur. Semua logam transisi adalah unsur blok-d yang berarti bahwa elektronnya terisi sampai orbit d. Kata transisi pertama kali digunakan untuk mendeskripsikan
unsur-unsur yang sekarang dikenal sebagai unsur blok-d oleh kimiawan asal
Inggris bernama Charles Bury pada tahun 1921, yang merujuk pada peralihan/transisi
pada perubahan subkulit elektron (contohnya pada n=3 pada baris ke-4 tabel
periodik) dari subkulit dengan 8 ke 18, atau 18 ke 32. Bentuk konfigurasi
elektron pada atom logam transisi dapat ditulis sebagai []ns2(n-1)dm di
mana subkulit d mempunyai energi yang lebih
besar daripada subkulit valensi s. Pada ion dengan dua dan tiga elektron
valensi, yang terjadi adalah sebaliknya dengan subkulit s mempunyai tingkat energi yang lebih besar.
Dampaknya, ion seperti Fe2+ tidak
mempunyai elektron pada subkulit s: ion tersebut memiliki konfigurasi
elektron [Ar]3d6 dibandingkan
dengan elektron konfigurasi pada atom Fe, yaitu [Ar]4s23d6.
Unsur pada golongan 3 hingga 12 sekarang secara umum dikenal sebagai unsur
logam transisi, meskipun unsur-unsur dari La-Lu, Ac-Lr, dan golongan 12 (dahulu
disebut IIB) mempunyai definisi yang berbeda pada penulis yang berbeda. pembentukan senyawa yang warnanya
disebabkan oleh transisi elektron d-d.
Adapun ciri-ciri dari unsur transisi ini yaitu,
Pembentukan senyawa dengan banyak bilangan
oksidasi, dikarenakan
kereaktifan yang relatif rendah pada elektron subkulit d yang tidak berpasangan,
pembentukan beberapa senyawa paramagnetik disebabkan oleh adanya
elektron subkulit d yang
tidak berpasangan. Beberapa senyawa dari unsur golongan utama juga merupakan
paramagnetik (seperti nitrogen
oksida dan oksigen). Salah satu ciri
logam transisi adalah di mana unsur-unsur tersebut mempunyai lebih dari satu
bilangan oksidasi. Contohnya, pada senyawa vanadium diketahui mempunyai
bilangan oksidasi mulai -1 pada V(CO)6- hingga +5 pada VO43-.
Bilangan oksidasi maksimum pada logam transisi baris pertama sama dengan jumlah
elektron valensi sepertititanium (+4) dan mangan (+7) namun berkurang pada unsur-unsur
selanjutnya. Pada baris kedua dan ketiga ada ruthenium dan osmium dengan bilangan oksidasi +8. Pada senyawa
seperti [Mn04]- dan
OsO4, unsur logam transisi memperoleh oktet yang stabil dengan
membentuk empat ikatan kovalen.
Bilangan oksidasi terendah ada pada senyawa Cr(CO)6 (bilangan oksidasi nol) dan Fe(CO)42- (bilangan oksidasi -2) di mana aturan
18 elektron dipatuhi. Senyawa tersebut juga merupakan kovalen. Ikatan ion biasanya terbentuk pada bilangan oksidasi
+2 atau +3. Pada senyawa yang terlarut, ion tersebut biasanya berikatan dengan
enam molekul air yang tersusun secara oktahedral.
Pada makalah ini, kami akan membahas lebih lanjut terkait
dengan Unsur Transisi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
ciri-ciri umum Unsur Transisi?
2.
Bagaimanakah
sifat-sifat kimia Unsur Transisi?
3.
Bagaimanakah
keberadaan Unsur Transisi di alam?
4.
Bagaimanakah
pembuatan Unsur Transisi?
5.
Bagaimanakah
kegunaan Unsur Transisi?
6.
Bagiamankah
kestabilan (Jari-jari atom, energi ionisasi, dan afinitas elektron) dari Unsur
Transisi?
7.
Bagaimanakah
sintesis unsur transisi?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan
ciri-ciri umum Unsur Transisi
2.
Menjelaskan
sifat-sifat kimia Unsur Transisi
3.
Menjelaskan
keberadaan Unsur Transisi di alam
4.
Menjelaskan
pembuatan Unsur Transisi
5.
Menjelaskan
kegunaan Unsur Transisi
6.
Menjelaskan
kestabilan (Jari-jari atom, energi ionisasi, dan afinitas elektron) dari Unsur
Transisi
7.
Menjelaskan
sintesis Unsur Transisi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Unsur Transisi
Unsur transisi
adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit
pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur Transisi merupakan
kelompok unsur kimia yang berada pada golongan 3 sampai 12 (IB
sampai VIIIB pada sistem lama). Kelompok ini terdiri dari 38 unsur. Unsur-unsur ini
pengisian elektronnya berakhir pada subkulit d.
Berdasarkan prinsip Aufbau, unsur-unsur transisi baru dijumpai mulai periode 4.
Pada setiap periode kita menemukan 10 buah unsur transisi, sesuai dengan jumlah
elektron yang dapat ditampung pada subkulit d.
Diberi nama transisi karena
terletak pada daerah peralihan antara bagian kiri dan kanan sistem periodik.
B.
Ciri-Ciri
Umum Unsur Transisi
1.
Bersifat logam ,
semua unsur transisi tergolong logam dengan titik leleh dan titik didih yang
relatif tinggi ( unsur unsur golongan utama ada yang tergolong logam , metaloid
dan logam ).
2.
Bersifat paramagnetik
( sedikit tertarik ke dalam medan magnet )
3.
Membentuk senyawa –
senyawa yang ( senyawa dari unsur logam golongan utama tidak berwarna )
4.
Mempunyai beberapa
tingkat oksidasi ( unsur logam golongan utama umumnya hanya mempunyai
sejenis tingkat oksidasi )
5.
Membentuk berbagai
macam ion kompleks ( unsur logam golongan utama tidak banyak yang dapat
membentuk ion kompleks .
6.
Berdaya katalitik .
banyak unsur transisi atau senyawanya yang berfungsi sebagai katalisator,
baik dalam proses industri maupun dalam proses metabolisme.
Tetapi
Zink dan unsur unsur golongan IIB lainnya ( Cd dan Hg ) seringkali
memperlihatkan sifat yang berbeda dari unsur transisi pada umumnya , mereka
mempunyai titik leleh dan titik didih yang relatif rendah ( raksa berupa cairan
pada suhu kamar ) , tidak paramagnetik dan senyawanya tidak berwarna . Zink
hanya mempunyai satu tingkat oksidasi , yaitu +2.
C.
Sifat-sifat
Kimia Unsur Transisi
Unsur transisi mempunyai sifat khas yang berbeda dengan unsur lain. Adapun
sifat khasnya antara lain, sebagai berikut.
1.
Mempunyai Berbagai Macam Bilangan Oksidasi
Perhatikan
konfigurasi elektron dan bilangan oksidasi unsur transisi deret pertama pada
Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1.
Konfigurasi Elektron Unsur Transisi Deret Pertama
Unsur
|
Konfigurasi Elektron
|
Sc
|
(Ar) 3d14s
|
Ti
|
(Ar)3d24s2
|
V
|
(Ar)3d24s2
|
Cr
|
(Ar)3d54s2
|
Mn
|
(Ar)3d54s2
|
Fe
|
(Ar)3d64s2
|
Co
|
(Ar)3d74s2
|
Ni
|
(Ar)3d84s2
|
Cu
|
(Ar)3d104s1
|
Zn
|
(Ar)3d104s2
|
Unsur transisi memiliki elektron pada orbital d. Energi elektron dalam
orbital d hampir sama besar. Untuk mencapai kestabilan, unsur-unsur ini
membentuk ion dengan cara melepaskan elektron dalam jumlah yang berbeda. Oleh karena
itu unsur-unsur ini mempunyai dua macam bilangan oksidasi atau lebih dalam
senyawanya.
Umumnya, unsur-unsur transisi periode keempat memiliki biloks lebih dari
satu. Hal ini disebabkan tingkat energi orbital s dan orbital d tidak berbeda
jauh sehingga memungkinkan elektron-elektron pada kedua orbital itu digunakan
melalui pembentukan orbital hibrida sp3d2.
Jika Anda simak Tabel 2, biloks maksimum sama dengan jumlah elektron
valensi dalam orbital s dan orbital d atau sama dengan nomor golongan. Jadi,
titanium (IVB) memiliki biloks maksimum +4, vanadium (VB), kromium (VIB), dan
mangan (VIIB) memiliki biloks maksimum berturut-turut +5, +6, dan +7.
Tabel 2
Bilangan Oksidasi Unsur Transisi
2.
Banyak Senyawaannya Bersifat Paramagnetik
Sifat magnetik suatu zat apakah terdiri atas atom, ion atau molekul
ditentukan oleh struktur elektronnya. Interaksi antara zat dan medan magnet
dibedakan menjadi dua, yaitu diamagnetik dan paramagnetik. Zat paramagnetik
tertarik oleh medan magnet, sedangkan zat diamagnetik tidak.
Banyak unsur transisi dan senyawaannya bersifat paramagnetik. Hal ini
disebabkan adanya elektron yang tidak berpasangan. Perkiraan momen magnetik
yang disebabkan oleh spin elektron tak berpasangan ditentukan dengan persamaan
berikut.
Keterangan:
μ = momen magnetik dalam Bohr Magneton
n = jumlah elektron yang tak berpasangan
1 Bohr magneton (1 B.M) = 9,273 erg/gauss.
Perhatikan harga momen magnetik pada tabel berikut.
Tabel 3. Harga
Momen Magnetik
Ion
|
Jumlah elektron tak berpasangan
|
Momen menurut perhitungan BM
|
Momen menurut
pengamatan BM
|
|
V4+
|
1
|
1,73
|
1,7 – 1,8
|
|
Cu2+
|
1
|
1,73
|
1,7 – 2,2
|
|
V3+
|
2
|
2,83
|
2,6 – 2,8
|
|
Ni2+
|
2
|
2,83
|
2,8 – 4,0
|
|
Cr3+
|
3
|
3,87
|
3,8
|
|
Co2+
|
3
|
3,87
|
4,1 – 5,2
|
|
Fe3+
|
4
|
4,90
|
5,1 – 5,5
|
|
Co3+
|
4
|
4,90
|
5,4
|
|
Mn2+
|
5
|
5,92
|
5,9
|
|
Fe3+
|
5
|
5,92
|
5,9
|
|
Makin banyak
jumlah elektron yang tidak berpasangan, makin besar momen magnetiknya sehingga
makin besar sifat paramagnetik. Hubungan ini dapat kita buat grafik seperti
pada Gambar 1. berikut.
Berdasarkan grafik ini, dapat kita lihat bahwa dalam satu periode dari kiri
ke kanan hingga pada ion Mn2+ momen magnetiknya makin
besar, selanjutnya makin berkurang secara teratur. Begitu juga dengan sifat
paramagnetiknya.
D.
Keberadaan
Unsur Transisi di Alam
Pada umumnya, Unsur-unsur transisi periode empat di alam
terdapat dalam bentuk senyawa seperti oksida, sulfida atau karbonat. Hal
tersebut dikarenakan senyawa-senyawa ini sukar larut dalam air. Misalnya Fe2O3,
Cu2S, NiS, ZnS, MnO2. Hanya sebagian kecil seperti emas, perak dan sedikit
tembaga yang terdapat dalam keadaan bebas maupun dalam bentuk senyawanya.
Kenyataan tersebut sesuai dengan harga potensial eletrode tembaga yang bertanda
positif, yang berarti bahwa tembaga tergolong logam setengah mulia yang relatif
sukar dioksidasi. Berikut ini tabel beberapa mineral atau senyawa dari
unsur-unsur transisi periode keempat.
Unsur
Keberadaan di Alam
1.
Skandium (Sc) Skandium terutama
terdapat pada mineral tortveitil (kira-kira 34% massa Sc). Terdapat bersama
mineral lainnya, seperti monazite dan gadolinite.
2.
Titanium (Ti) Merupakan unsur
peringkat ke-10 dalam kulit bumi (0,6% massa) biasanya terdapat dalam bentuk
mineral rutile (TiO2) atau ilmenite (FeTiO3).
3.
Vanadium (V) Tersebar luas di
seluruh kulit bumi (0,02% massa) dengan sumber utama mineralnya: vanadite
(Pb3(VO4)2), patronite (VS4), vanadinite (Pb5(VO4)3Cl), dan carnotite
(K2(UO2)VO4.3H2O).
4.
Kromium (Cr) Terdapat dalam
mineral chromite (FeO.Cr2O3)
5. Mangan (Mn) Terdapat relatif cukup melimpah di kulit bumi (0,1% massa). Terutama ditemukan sebagai batu kawi atau pirolusite (MnO2), dan rodocrosite (MnCO3).
5. Mangan (Mn) Terdapat relatif cukup melimpah di kulit bumi (0,1% massa). Terutama ditemukan sebagai batu kawi atau pirolusite (MnO2), dan rodocrosite (MnCO3).
5.
Besi (Fe) Merupakan logam berat
yang paling melimpah dalam kulit bumi (sekitar 4,7%). Ditemukan dalam mineral:
hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4), limonite (Fe2O3.H2O), siderite (FeCO3),
dan pyrite (FeS2).
6.
Kobalt (Co) Relatif jarang, tetapi
dapat ditemukan dalm mineral smaltite (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS).
7.
Nikel (Ni) Merupakan unsur
peringkat ke-24 dalm kulit bumi. Ditemukan dalam mineral millerite (NiS) dan
pentlandite (NiS – FeS).
8.
Tembaga (Cu) Ditemukan dalam
bentuk unsur bebas di sekitar kawah vulkanik dan sebagai senyawa oksida,
seperti cuprite (Cu2O), senyawa sulfida, seperti calcosite (Cu2S) dan
calcopirite (CuFeS2), dan senyawa karbonat, seperti malachite (Cu2(OH)2CO3).
Zink (Zn) Ditemukan dalam mineral: zink blende/spalerite (ZnS), zinicite (ZnO), dan smitsonite (ZnCO3).
Zink (Zn) Ditemukan dalam mineral: zink blende/spalerite (ZnS), zinicite (ZnO), dan smitsonite (ZnCO3).
E.
Pembuatan
Unsur Transisi
Dibawah ini terdapat beberapa pembuatan unsur transisi yaitu
:
1.
Skandium (Sc)
Pemanasan
Skandium flouride (ScF3) dengan Kalsium (Ca).
2.
Titanium (Ti)
a.
Proses Kroll, menggu-nakan Klor & Karbon.
b.
Melalui proses distilasi & reduksi menjadi Ti murni,
pemisahan dengan udara, direaksi-kan dengan air & HCl sehingga mem-beku
& menghasilkan Ti murni.
3.
Vanadium (V)
Vanadium
dibentuk dalam bentuk logam campuran besi, kemudian melalui proses reduksi
& hasil-nya adalah Ferrovanadium murni.
4.
Kromium (Cr)
Dari
bijih krom utama yaitu kromit, Fe(CrO2)2 yang
direduksi, hasilnya campuran Fe dan Cr disebut Ferokrom.
5.
Mangan (Mn)
a.
Mereduksi oksida mangan dengan Na, Mg, Al, atau dengan
proses elektrolisis.
b.
Proses alumino-thermy dari senyawa MnO2.
6.
Besi (Fe)
Proses
dalam tanur besi, hasilnya besi dalam bentuk lelehan, bersifat keras tetapi
rapuh. Dapat diolah lebih lanjut untuk mendapatkan sifat besi yang diinginkan.
7.
Kobalt (Co)
Pengolahan
bijih kobalt yang diproduksi menggunakan suatu sumber sinar dengan radiasi
& energi yang tinggi.
8.
Nikel (Ni)
Meliputi
penambangan dan pengolahan (yang meliputi proses pengeringan, kalsinasi, reduksi,
peleburan, granulasi, & pengemasan).
9.
Tembaga (Cu)
a.
Flotasi/pengapungan, pengolahan bijih pekat.
b.
Pemanggangan
c.
Peleburan
d.
Pembersihan melalui proses elektrolisis
10.
Seng (Zn)
Pengolahan
bahan mentah kemudian dicuci bersih, pelapisan baja, pengeringan, pendinginan,
serta pencetakan berbentuk pipih & bergelombang.
Berikut ini terdapat cara pembuatan unsur transisi
1.
Cara
Pembuatan Skandium
Kebanyakan skandium sekarang ini
diambil dari throtvitite atau diekstrasi sebagai hasil produksi
pemurnian uranium. Skandium metal pertama kali diproses pada tahun 1937 oleh
Fischer, Brunger dan Grienelaus yang mengelektrolisis
cairan eutectic kalium, litium dan skandium klorida pata suhu 700 dan
800 derajat Celcius.
2.
Cara
Pembuatan Titanium
Produksi titanium yang makin banyak disebabkan karena
kebutuhan dalam bidang militer dan industry pesawat terbang makin meningkat.
Hal ini disebabkan karena titanium lebih disukai daripada aluminium dan baja.
Aluminium akan kehilangan kekuatannya pada temperatur tinggi dan baja terlalu
rapat (mempunyai kerapatan yang tinggi).
Langkah awal produksi titanium dilakukan dengan mengubah
bijih rutil yang mengandung TiO2 menjadi TiCl4, kemudian
TiCl4 dureduksi dengan Mg pada temperature tinggi yang bebas oksigen.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
TiO2 (s) + C(s) +
2Cl2(g) => TiCl4(g) +
CO2(g)
TiCl4(g) +
2Mg(s) => Ti(s) +
2MgCl2(g)
Reaksi dilakukan pada
tabung baja. MgCl2 dipindahkan dan dielektrolisis menjadi Mg dan Cl2.
Keduanya kemudian didaurulangkan. Ti didapatkan sebagai padatan yang disebut
sepon. Sepon diolah lagi dan dicampur dengan logam lain sebelum digunakan.
3. Cara
Pembuatan Vanadium
Produksi vanadium
sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja. Dalam penggunaannya vanadium dibentuk
sebagai logam campuran besi. Fero vanadium mengandung 35% - 95% vanadium.
Ferrovanadium dihasilkan dengan mereduksi V205 dengan pereduksi campuran
silicon dan besi. SiO2yang dihasilkan direaksikan dengan CaO membentuk kerak
CaSiO3(l). reaksinya sebagai berikut.
2 V205(s) +
5Si(s) =>
{ 4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)
SiO2(s) +
CaO(s) =>
CaSiO3
Kemudian ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO3.
4. Cara Pembuatan Kromium
Krom merupakan salah satu logam
yang terpenting dalam industri logam dari bijih krom utama yaitu kromit,
Fe(CrO2)2 yang direduksi dapat dihasilkan campuran Fe dan Cr disebut
Ferokrom.
Reaksinya sebagai berikut :
Fe(CrO2)2(s) +4C(s) => Fe(s)+2Cr(s) +
4CO(g)
Ferokrom ditambahkan pada besi membentuk baja.
5. Cara Pembuatan Mangan
Logam mangan diperoleh
dengan,
a)
Mereduksi
oksida mangan dengan natrium, magnesium, aluminium atau dengan proses
elektrolisis
b)
Proses
aluminothermy dari senyawa MnO2.
6. Cara Pembuatan Besi
Ada 2 tahap
untuk pembuatan jenis- jenis besi, yaitu peleburan yang
bertujuan untuk mereduksi biji besi sehingga menjadi besi dan peleburan ulang
yang berguna dalam pembuatan jenis - jenis baja.Peleburan besi
dilakukan dalam suatu tanur tiup (blast furnance). Tanur tiup adalah suatu
bangunan yang tingginya sekitar 30 meter dan punya diameter sekitar 8 meter
yang terbuat dari baja tahan karat yang dilapisi dengan bata tahan panas. Zat
reduksi yang digunakan adalah karbon dengan prinsip reaksi: 2FeO3 + 3C 4Fe
+ 3CO2.
a)
Reaksi
pembakaran.
Udara yang panas dihembuskan ,
membakar karbon terjadi gas CO2 dan panas. Gas CO2 yang naik C
menjadi gas CO.
C + O2 CO2
CO2 + C 2CO
b)
Proses
Reduksi
Gas CO mereduksi bijih.
Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3 CO2
Fe3O4 + 4CO 3 Fe + 4 CO2
Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian meleleh karena
suhu tinggi (1.5000C)
c)
Reaksi
pembentukan kerak
CaCO3 CaO + CO2
CaO + SiO2 CaSiO3 kerak
Karena suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi
cair berada di bawah. Kemudian dikeluarkan melalui lubang bawah, diperoleh besi
kasar dengan kadar C hingga 4,5%. Disamping C mengandung sedikit S, P, Si dan
Mn. Besi kasar yang diperoleh keras tetapi sangat rapuh lalu diproses lagi
untuk membuat baja dengan kadar C sebagai berikut :
baja
ringan kadar C : 0,05 – 0,2 %
baja
medium kadar C : 0,2 – 0,7 %
baja
keras kadar C : 0,7 – 1,6 %
Pembuatan
baja :
Dibuat
dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur campuran yang
lain. Ada 3 cara :
a)
Proses
Bessemer
Besi kasar dibakar dalam alat
convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah dihembuskan udara panas sehingga C
dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar gas. Setelah beberapa waktu kira-kira
¼ jam dihentikan lalu dituang dan dicetak.
b)
Open-hearth
process
Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat
open-hearth. Oksida-oksida besi (besi tua, bijih) bereaksi dengan C dan
unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi besi dan oksida-oksida SiO2, P2O5,
MnO2 dan CO2. dengan demikian kadar C berkurang.
c)
Dengan
dapur listrik
Untuk memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan
dalam dapur listrik. Hingga pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi
dengan kadar C yang tertentu.
7. Cara Pembuatan
Kobalt
Kobalt
di alam diperoleh sebagai biji smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan biji kobalt dilakukan
sebagai berikut :
Pemanggangan
:
CoAs (s) Co2O3(s) +
As2O3(s)
Co2O3(s) +
6HCl 2 CoCl3(aq) + 3 H2O(l)
Zat-zat
lain seperti Bi2O3 dan PbO diendapkan dengan gas H2S
Bi2O3(s) +
3
H2S(g) Bi2S3
(aq) + 3 H2O(l)
PbO(s) +
H2S(g) PbS(s) + H2O(l)
Pada
penambahan CoCO3 (s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe sebagai
karbonat. Dengan penyaringan akan diperoleh CoCl3. Tambahan zat pencuci
mengubah CoCl3 menjadi Co2O3. Selanjutnya CoCO3direduksi dengan gas
hydrogen, menurut reaksi :
Co2O3
(s) + H2(g)
=> 2
CO(s) + 3 H2O (g)
Penggunaan
kobalt antara lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran Al, Ni, dan Co.
8. Cara
Pembuatan Nikel
Proses
pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu produk
dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses
pengolahan adalah sebagai berikut:
ü Pengeringan di
Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok
dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran 25 mm.
ü Kalsinasi dan
Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi
sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
ü Peleburan di Tanur
Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa
lelehan matte dan terak
ü Pengkayaan di Tanur
Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi
di atas 75 persen.
ü Granulasi dan
Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran
yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
9. Cara
Pembuatan Tembaga
Pada umumnya bijih tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu
diperlukan pemekatan biji tembaga. Reaksi proses pengolahannya adalah :
· 2
CuFeS2(s) + 4
O2 800 0 C
Cu2S(l) + 2 FeO (s) + 3 SO2 (g)
· FeO(s) +
SiO2
(s) 14000C
FeSiO3 (l)
Cu2S
dan kerak FeSiO3 (l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi sebagai
berikut:
2
Cu2S(l) + 3 O2
(g) 2
Cu2O(l) + 2 SO2(g)
2
Cu2O(l) +
Cu2S(s) 6
Cu(l) + SO2 (g)
3
Cu2S(l) + 3
O2 6
Cu(l) + 3 SO2(g)
Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga
tidak murni. Tembaga tidak murni ini disebut tembaga blister atau
tembaga lepuh. Tembaga blister adalah tembaga yang mengandung gelembung gas
SO2 bebas.
Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga
blister dielektrolisis dengan elektrolit CuSO4 (aq). Pada elektrolisis,
sebagai electrode negatif (katode) adalah tembaga murni dan sebagai electrode
positif (anode) adalah tembaga blister.
10. Cara
Pembuatan Zink
Logam seng telah diproduksi
dalam abat ke-13 di Indina dengan mereduksi calamine dengan
bahan-bahan organik seperti kapas. Logam ini ditemukan kembali di Eropa oleh
Marggraf di tahun 1746, yang menunjukkan bahwa unsur ini dapat dibuat dengan
cara mereduksi calamine dengan arang.
Bijih-bijih
seng yang utama
adalah sphalerita (sulfida), smithsonite(karbonat), calamine (silikat)
dan franklinite (zine, manganese, besi oksida). Satu metoda dalam
mengambil unsur ini dari bijihnya adalah dengan cara memanggang bijih seng
untuk membentuk oksida dan mereduksi oksidanya dengan arang atau karbon yang
dilanjutkan dengan proses distilasi.
F.
Kegunaan
Unsur Transisi
Kegunaan Unsur
Transisi
1.
Skandium (Sc)
a.
Dalam bentuk Sc2O3 untuk lampu
intensitas tinggi.
b.
Sumber cahaya buatan yang menyerupai cahaya matahari.
c.
Warna untuk televisi.
d.
Pembuatan lampu mentol.
e.
Peretak lapisan minyak dari isotop radioaktif Sc-46.
2.
Titanium (Ti)
a.
Badan pesawat terbang & pesawat supersonik.
b.
Katalis dalam industri polimer polietilen.
c.
Bahan pemutih kertas, kaca, keramik, & kosmetik.
d.
Bahan struktural mesin jet.
e.
Bahan pembuat pipa, pompa, & tabung reaksi.
3.
Vanadium (V)
a.
Bahan dasar benda yang bersifat kuat & lentur, seperti
per mobil , mesin-mesin, & alat berat.
b.
Katalis dalam pembuatan H2SO4.
c.
Digunakan sebagai paduan logam/logam campuran.
d.
Digunakan dalam reaktor nuklir.
4.
Kromium (Cr)
a.
Pengerasan dan pembuatan baja tahan karat.
b.
Pelapis logam.
c.
Pewarna gelas.
d.
Berperan dalam proses pengolahan batu bara.
e.
Pembersih alat-alat laboratorium.
5.
Mangan (Mn)
a.
Bahan pembuat baja.
b.
Bahan sel kering baterai.
c.
Pewarna kaca.
d.
Digunakan untuk jenis pengobatan tertentu.
e.
Unsur penting dalam penggunaan vitamin B1.
6.
Besi (Fe)
a.
Merupakan bahan yang paling umum digunakan dalam pembuatan
kerangka bangunan, peralatan bangunan, & alat-alat pertanian.
b.
Bahan campuran cat & tinta.
c.
Pengkilap kaca
7.
Kobalt (Co)
a.
Pelapis & pewarna biru untuk logam, gelas, & kaca.
b.
Pembuatan magnet.
c.
Pembuatan bahan tahan karat.
d.
Pengobatan Kanker.
e.
Penyepuh logam.
f.
Pewarna sumber sinar gamma untuk bidang kesehatan.
8.
Nikel (Ni)
a.
Komponen pemanas listrik & konduktor.
b.
Digunakan sebagai paduan logam/logam campuran (perunggu).
c.
Bahan perhiasan.
d.
Pembuatan baterai.
e.
Pelapis & membuat logam mudah ditempa & tahan karat.
f.
Pewarna hijau pada keramik & porselen.
9.
Tembaga (Cu)
a.
Merupakan bahan yang paling umum digunakan dalam pembuatan
rangkaian/bahan peralatan listrik & kabel.
b.
Larutan elektrolit dalam elektrokimia.
c.
Bahan pembuat uang logam & bahan mesin.
d.
Campuran pembasmi kutu & jamur.
e.
Penambah kekuatan & kekerasan perkakas yang mengandung
campuran logam.
10.
Seng (Zn)
a.
Pelapis besi/kaleng.
b.
Paduan logam/logam campuran.
c.
Larutan elektrolit dalam elektrokimia.
d.
Pewarna putih & bahan campuran cat & tinta.
e.
Penyepuh logam & anti karat.
f.
Bahan dalam pembuatan berbagai benda & alat rumah
tangga.
g.
Indikator penting dalam tubuh manusia & hewan.
G.
Persenyawaan
Unsur Transisi
Berikut ini beberapa contoh persenyawaan
unsur-unsur logam alkali.
H.
Kestabilan
(Jari-jari atom, Energi Ionisasi, dan afinitas Elektron) Unsur Transisi
1.
Jari-Jari
atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom ke
orbital elektron terluar yang stabil dalam suatu atom dalam
keadaan setimbang. Biasanya jarak tersebut diukur dalam satuan pikometer atau
angstrom. Dikarenakan elektron-elektron senantiasa bergerak, maka untuk
mengukur jarak dari inti atom kepadanya amatlah sulit. Jari-jari
atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya
elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya, sehingga
jarak elektron pada jarak terluar ke inti semakin kecil.
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan oleh atom netral
dalam keadaan gas agar dapat melepaskan satu buah elektron pada kulit
terluarnya. Energi ionisasi umumnya dinyatakan dalam satuan kJ
mol–1. Energi ionisasi cenderung
bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit fluktuatif, namun secara umum Ionization
Energy (IE) meningkat dari Sc
ke Zn. Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian
elektron pada logam transisi. Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan
3p, pengisian dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan
kalsium terlebih dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi
ionisasinya yang fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi antar atom yang
berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika logam menjadi ion, maka elektron
pada kulit 4s-lah yang terlebih dahulu terionisasi.
3. Afinitas elektron
Afinitas electron adalah energi yang dilepaskan atau dibutuhkan
oleh atom netral dalam keadaan gas apabila menerima atau melepas satu elektron atau lebih untuk membentuk
ion negatif. Jika satu electron ditambahkan ke atom yang
stabil dan sejumlah energi diserap maka afinitas elektronnya berharga positif
dan jika dilepaskan energi maka afinitas elektronnya berharga negative.
Jadi semakin positif
afinitas elektronnya maka ion negatifnya semakin stabil. (Chang,2010)
Afinitas electron bertanda negative karena
melepaskan energi dan bernilai positif karena menyerap energi. Afinitas
electron yang bertanda positif berarti atom menyerap energi jika menangkap
electron.
Secara
umum, nilai afinitas electron dalam golongan yang sama dari atas ke bawah
menurun, sedangkan pada periode yang sama dari kiri ke kanan meningkat. Nilai
afinitas electron umumnya sejalan dengan jari-jari atom. Makin kecil jari-jari
atom, nilai afinitas electron makin tinggi. Hal ini terjadi karena gaya tarik
inti terhadap electron makin besar, sehingga electron mudah untuk ditangkap.
Sebaliknya makin besar jari-jari atom afinitas elektronnya kecil. Hal tersebut
terjadi karena gaya tarik inti terhadap electron makin kecil, sehingga electron
makin sukar ditangkap.
I.
Sintesis
Unsur Transisi
Berikut ini beberapa proses sintesis halida vanadium
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Ciri-ciri
umum logam transisi
a.
Bersifat logam
b.
Bersifat paramagnetik
( sedikit tertarik ke dalam medan magnet )
c.
Membentuk senyawa –
senyawa yang ( senyawa dari unsur logam golongan utama tidak berwarna )
d.
Mempunyai beberapa
tingkat oksidasi ( unsur logam golongan utama umumnya hanya mempunyai
sejenis tingkat oksidasi )
e.
Membentuk berbagai
macam ion kompleks ( unsur logam golongan utama tidak banyak yang dapat
membentuk ion kompleks .
f.
Berdaya katalitik .
banyak unsur transisi atau senyawanya yang berfungsi sebagai katalisator,
baik dalam proses industri maupun dalam proses metabolisme.
2.
Sifat-sifat
kimia logam transisi
a. Mempunyai Berbagai Macam Bilangan
Oksidasi
b. Senyawaannya Bersifat Paramagnetik
3.
Keberadaan logam transisi di alam
Transisi yang banyak ditemukan di alam pada periode 4
4.
Pembuatan unsur logam transisi
Pembuatan unsur logam transisi banyak ditemukan pada periode
4 sepertipembuatan titanium, zink, vanadium. Kromium dsb.
5.
Kegunaan unsur logam transisi
Kegunaan logam transisi
sangat beragam, seperti pembuatan lampu, pemberian warna pada televisi dan
gelas, pembuatan besi dll
6.
Persenyawaan
logam alkali
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2010. Chemistry Tenth Edition.
United State : Mc Grow Hill
Darjito. Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya.
[Pdf]
Fitria, Dina. 2013. Unsur
Transisi. [Online]. Terdapat di http://dinafitrya.blogspot.co.id/2013/10/unsurtransisi-periode-keempat-unsur.html diakses 20 September 2016 pukul 9.30
Kartika, dkk. Makalah Kimia Unsur
Transisi [Online]. Terdapat di http://prashtimutia.blogspot.co.id/2011_11_01_archive.html
diakses
20 September
2016 pukul 21.30
Mutia, P. 2011. Unsur Golongan
Transisi periode 4 [Online]. Terdapat di http://yu-mhi.blogspot.co.id/2011/12/makalah-kimia-unsur-transisi-periode.html
diakses
20 September
2016 pukul 21.30
Darjito. Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya.
[Pdf]
Syarifuddin, N.1994.Ikatan
Kimia.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar