MIKROBIOLOGI
LINGKUNGAN
MIKROORGANISME
PADA LINGKUNGAN AIR
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Mikrobiologi
oleh dosen Liska Berlian, M.Si
Disusun
Oleh:
Bella Rosaline (2281143141)
Faila Sofia Rohmah (2281142064)
Iktyasari Oktavia (2281142445)
Nofita Fajariyanti (2281142393)
Siti Rositoh (2281142418)
JURUSAN PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG - BANTEN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Mikroorganisme pada
Lingkungan Air. Tugas
penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi
Terselesaikannya
makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan kami semata-mata, namun karena
adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Pada kesempatan ini
kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Liska
Berlian yang telah memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan baik dari isi maupun susunannya. Kami mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amiin.
Serang, 19 Desember 2016
Penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.........................................................................................
ii
DAFTAR
ISI .......................................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..……… iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah....................................................................... ...
1
B. Rumusan
Masalah ............................................................................... ...
2
C. Tujuan
Penulisan.................................................................................. ...
2
BAB II ISI
A. Pengertian Mikrobiologi .......................................................................... 3
B. Sejarah Mikroorganisme .......................................................................... 4
C. Peranan Mikroorganisme di Lingkungan................................................ 10
D. Peranan Mikroorganisme pada Pencemaran Air .................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 18
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 19
|
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Mikroorganisme yang dipelajari dalam mikrobiologi……………... 3
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mikrobiologi merupakan
ilmu tentang mikroorganisme yang mencakup bermacam-macam kelompok organisme
mikroskopik yang terdapat sebagai sel tunggal maupun kelompok sel, termasuk
kajian virus yang bersifat mikroskopik meskipun bukan termasuk sel. (Subandi,
2014. Mikrobiologi. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung)
Sebagaimana
kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran
mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme
dapat ditemukan di semua tempat yang memung-kinkan terjadinya kehidupan,
disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan
akuatik, dan atmosfer (udara) serta makanan, dan karena beberapa hal
mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia,
tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara.
Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu
dapat juga menimbulkan penyakit.
Dalam
sejarah kehidupan, mikroorganisme telah banyak sekali memberikan peran sebagai
bukti keberadaannya. Begitu banyak dan dominannya peranan mikroorganisme dalam
kehidupan ini menjadi salah satu unsur dalam cakupan mikrobiologi. Dengan
semakin majunya teknologi mikroskop, semakin mendukung perkembangan
mikrobiologi, sehingga pembahasan tentang ilmu ini semakin luas dan mendalam.
Bahkan mikrobiologi telah dibagi menjadi beberapa cabang, seperti mikrobiologi pertanian,
mikrobiologi kesehatan, mikrobiologi lingkungan seperti lingkungan air, udara
dan lain-lain.
Pembagian
di atas bertujuan untuk mengakomodir
perkembangan mikrobiologi yang pesat dan besarnya peranan serta mungkin
dampak dari mikroorganime di dalam kehidupan. Mikrobiologi dalam kehidupan
telah diterapkan di banyak sekali sektor kehidupan, salah satunya dalam bidang
lingkungan air. Mikrobiologi air mengacu pada studi tentang mikroorganisme yang
hidup di air, atau yang dapat diangkat dari satu habitat yang lain dengan air.
Pada lingkungan perairan terdapat mikroorganisme sama seperti lingkungan yang lainnya.
Air adalah sumber daya alam penting bagi kehidupan dan merupakan komponen
penting dari fungsi ekosistem yang kelimpahannya sangat besar dalam planet ini.
Hal inilah yang melatar belakangi penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu
untuk beberapa mempelajari mikroorganisme di air yang dapat memberi keuntungan
atau kerugian bagi kehidupan manusia.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mikroorganisme?
2. Bagaimana
sejarah mikroorganisme?
3. Bagaimana
peranan mikroorganisme di lingkungan?
4. Bagaimanakah
mikroorganisme pada pencemaran air?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian mikroorganisme
2. Untuk
mengetahui sejarah mikroorganisme
3. Untuk
mengetahui peranan mikroorganisme di lingkungan
4. Untuk
mengetahui mikroorganisme pada
pencemaran air
BAB II
ISI
A. Pengertian Mikrobiologi
Kata
mikrobiologi berasal dari bahasa Yuniani, yaitu: micros = kecil, bios
= hidup, logos = ilmu. Jadi
mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari organisme hidup yang
kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Organisme yang dipelajari
dalam mikrobiologi yaitu mikroorganisme, yang meliputi bakteri, virus, jamur,
protozoa. Cabang ilmu mikrobiologi ada yang didasarkan pada kelompok mikroba
yang dipelajari, seperti bakteriologi, virologi dan mikologi. (Yusrina. 2012) (Gambar 1.1.)
A (A) (B)
(A)
(B) (C)
Gambar 1.1. Mikroorganisme yang dipelajari dalam mikrobiologi,
antara lain: (A)
bakteri (http://woocara.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-bakteri-dan-ciri-ciri-bakteri.html), (B)
mikrofungi (https://aulyarohmana16.wordpress.com/2014/12/12/mikrojamur/) dan (C) virus (http://www.sci-news.com/biology/guaico-culex-virus-multicomponent-animal-virus-04138.html)
Mikrobiologi dibagi menjadi dua bidang besar, yaitu:
1.
Mikrobiologi
Dasar
Bidang mikrobiologi dasar mempelajari berbagai struktur fisik dan
reaksi kimia mikroorganisme. Banyak proses biokimia pada mikroorganisme juga
terjadi pada organisme multiseluler, sehingga mikroorganisme dapat menjadi
model dalam mempelajari proses biokimia dan genetik pada organisme lainnya. Hal
ini juga didukung oleh kemampuan reproduksi mikroorganisme yang tinggi. (Yusriana. 2012)
2.
Mikrobiologi Terapan
Bidang
mikrobiologi terapan mempelajari penggunaan ilmu mikrobiologi dalam memecahkan
masalah praktis dalam kedokteran, pertanian dan industri. Berbagai penyakit
infektif pada manusia, hewan dan tumbuhan, disebabkan oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme juga berperan penting dalam menentukan kesuburan tanah.
Dalam bidang industri,
mikroorganisme berperan dalam produksi antibiotik dan protein. Sebagai bagian
dari ekosistem, mikroorganisme juga banyak berperan dalam siklus energi dan
kondisi lingkungan.
Adapun pengertian mikroba yaitu, jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut
sebagai mikroba atau mikroorganisme atau jasad renik. Jasad renik disebut
sebagai mikroba bukan hanya karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat
dengan mata biasa, tetapi juga pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana
dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad
yang ukurannya kurang dari 0,1 mm. Ukuran mikroba biasanya dinyatakan dalam
mikron (µ), 1 mikron adalah 0,001 mm. Sel mikroba umumnya hanya dapat dilihat
dengan alat pembesar atau mikroskop, walaupun demikian ada mikroba yang
berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar. (Yusriana. 2012)
B. Sejarah
Mikrobiologi
1. Penemuan Animalculus
Awal terungkapnya dunia
mikroba adalah dengan ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek
(1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih sangat sederhana, dilengkapi
satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan
bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali. Leeuwenhoek
melakukan pengamatan tentang struktur mikroskopis biji, jaringan tumbuhan
dan invertebrata kecil, tetapi penemuan yang terbesar adalah diketahuinya dunia
mikroba yang disebut sebagai “animalculus” atau hewan kecil. Animalculus adalah jenis-jenis
mikroba yang sekarang diketahui sebagai protozoa, algae, khamir, dan bakteri. (Sumarsih, S. 2007)
2.
Teori Abiogenesis dan Biogenesis
Penemuan animalculus di alam,
menimbulkan rasa ingin tahu mengenai asal usulnya. Menurut teori abiogenesis,
animalculus timbul dengan sendirinya dari bahanbahan mati. Doktrin abiogenesis
dianut sampai jaman Renaissance, seiring dengan kemajuan pengetahuan
mengenai mikroba, semakin lama doktrin tersebut menjadi tidak terbukti. Sebagian ahli menganut teori
biogenesis, dengan pendapat bahwa animalculus terbentuk dari “benih”
animalculus yang selalu berada di udara. Untuk mempertahankan pendapat tersebut maka
penganut teori ini mencoba membuktikan dengan berbagai percobaan.
Fransisco Redi (1665), memperoleh
hasil dari percobaannya bahwa ulat yang berkembang
biak di dalam daging busuk, tidak akan terjadi apabila daging tersebut disimpan
di dalam suatu tempat tertutup yang tidak dapat disentuh oleh lalat. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ulat tidak secara spontan berkembang dari daging. Percobaan lain yang
dilakukan oleh Lazzaro Spalanzani memberi bukti yang menguatkan bahwa mikroba
tidak muncul dengan sendirinya, pada percobaan menggunakan kaldu ternyata pemanasan
dapat menyebabkan animalculus tidak tumbuh. Percobaan ini juga dapat menunjukkan
bahwa perkembangan mikrobia di dalam suatu bahan, dalam arti terbatas menyebabkan
terjadinya perubahan kimiawi pada bahan tersebut. Percobaan yang dilakukan oleh
Louis Pasteur juga banyak membuktikan bahwa teori abiogenesis tidak mungkin,
tetapi tetap tidak dapat menjawab asal usul animalculus. Penemuan Louis Pasteur
yang penting adalah (1) Udara mengandung mikrobia yang pembagiannya tidak
merata, (2) Cara pembebasan cairan dan bahanbahan dari mikrobia, yang sekarang
dikenal sebagai pasteurisasi dan sterilisasi. Pasteurisasi adalah cara untuk
mematikan beberapa jenis mikroba tertentu dengan menggunakan uap air panas,
suhunya kurang lebih 620C. Sterilisasi adalah cara untuk mematikan
mikroba dengan pemanasan dan tekanan tinggi, cara ini merupakan penemuan
bersama ahli yang lain.
(Sumarsih, S. 2007)
3. Penemuan Bakteri
Berspora
John Tyndall
(1820-1893), dalam suatu percobaannya juga mendukung
pendapat Pasteur. Cairan bahan organik yang sudah dipanaskan dalam air garam yang mendidih selama 5 menit dan diletakkan di dalam ruangan bebas debu, ternyata tidak akan membusuk walaupun disimpan dalam waktu berbulan-bulan, tetapi apabila tanpa pemanasan maka akan terjadi pembusukan. Dari percobaan Tyndall ditemukan adanya fase termolabil (tidak tahan pemanasan, saat bakteri melakukan pertumbuhan) dan termoresisten pada bakteri (sangat tahan terhadap panas). Dari penyelidikan ahli botani Jerman yang bernama Ferdinand Cohn, dapat diketahui secara mikroskopis bahwa pada fase termoresisten, bakteri dapat membentuk endospora.
pendapat Pasteur. Cairan bahan organik yang sudah dipanaskan dalam air garam yang mendidih selama 5 menit dan diletakkan di dalam ruangan bebas debu, ternyata tidak akan membusuk walaupun disimpan dalam waktu berbulan-bulan, tetapi apabila tanpa pemanasan maka akan terjadi pembusukan. Dari percobaan Tyndall ditemukan adanya fase termolabil (tidak tahan pemanasan, saat bakteri melakukan pertumbuhan) dan termoresisten pada bakteri (sangat tahan terhadap panas). Dari penyelidikan ahli botani Jerman yang bernama Ferdinand Cohn, dapat diketahui secara mikroskopis bahwa pada fase termoresisten, bakteri dapat membentuk endospora.
Dengan penemuan tersebut, maka dicari cara
untuk sterilisasi bahan yang mengandung bakteri pembentuk spora, yaitu dengan
pemanasan yang terputus dan diulang beberapa kali atau dikenal sebagai
Tyndallisasi. Pemanasan dilakukan pada suhu 1000C selama 30 menit,
kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam, cara ini diulang sebanyak 3
kali. Saat dibiarkan pada suhu kamar, bakteri berspora yang masih hidup akan
berkecambah membentuk fase pertumbuhan/termolabil, sehingga dapat dimatikan
pada pemanasan berikutnya. (Sumarsih, S. 2007)
4. Peran Mikroba Dalam
Transformasi Bahan Organik
Suatu bahan yang
ditumbuhi oleh mikroba akan mengalami perubahan susunan kimianya.
Perubahan kimia yang terjadi ada yang dikenal sebagai fermentasi (pengkhamiran)
dan pembusukan (putrefaction). Fermentasi merupakan proses
yang menghasilkan alkohol atau asam organik, misalnya terjadi pada bahan yang
mengandung karbohidrat. Pembusukan merupakan proses peruraian yang menghasilkan
bau busuk, seperti pada peruraian bahan yang mengandung protein. Pada tahun
1837, C. Latour, Th. Schwanndon, dan F. Kutzing secara terpisah menemukan bahwa
zat gula yang mengalami fermentasi alkohol selalu dijumpai adanya khamir. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa perubahan gula menjadi alkohol dan CO2
merupakan fungsi fisiologis dari sel khamir tersebut. Teori biologis ini
ditentang oleh Jj. Berzelius, J. Liebig, dan F. Wahler. Mereka berpendapat
bahwa fermentasi dan pembusukan merupakan reaksi kimia biasa. Hal ini dapat
dibuktikan pada tahun 1812 telah berhasil disintesa senyawa organik urea dari
senyawa anorganik. (Sumarsih, S. 2007)
Pasteur banyak meneliti tentang proses fermentasi (1875-1876).
Suatu saat perusahaan pembuat anggur dari gula bit, menghasilkan anggur yang
masam. Berdasarkan pengamatannya secara mikroskopis, sebagian dari sel
khamir diganti kedudukannya oleh sel lain yang berbentuk bulat dan batang dengan
ukuran sel lebih kecil. Adanya sel-sel yang lebih kecil ini ternyata mengakibatkan
sebagian besar proses
fermentasi alkohol tersebut didesak oleh proses fermentasi lain,
yaitu fermentasi asam
laktat. Dari kenyataan ini, selanjutnya dibuktikan bahwa setiap
proses fermentasi tertentu disebabkan oleh aktivitas mikroba tertentu pula, yang
spesifik untuk proses
fermentasi tersebut. Sebagai contoh fermentasi alkohol oleh
khamir, fermentasi asam
laktat oleh bakteri Lactobacillus,
dan fermentasi asam sitrat oleh jamur Aspergillus. (Sumarsih, S. 2007)
5. Penemuan Kehidupan
Anaerob
Selama meneliti
fermentasi asam butirat, Pasteur menemukan adanya proses
kehidupan yang tidak membutuhkan udara. Pasteur menunjukkan bahwa jika udara
dihembuskan ke dalam bejana fermentasi butirat, proses fermentasi menjadi terhambat, bahkan dapat terhenti sama sekali. Dari hal ini kemudian dibuat 2 istilah, (1) kehidupan anaerob, untuk mikroba yang tidak memerlukan oksigen dan (2) kehidupan aerob, untuk mikroba yang memerlukan oksigen.
kehidupan yang tidak membutuhkan udara. Pasteur menunjukkan bahwa jika udara
dihembuskan ke dalam bejana fermentasi butirat, proses fermentasi menjadi terhambat, bahkan dapat terhenti sama sekali. Dari hal ini kemudian dibuat 2 istilah, (1) kehidupan anaerob, untuk mikroba yang tidak memerlukan oksigen dan (2) kehidupan aerob, untuk mikroba yang memerlukan oksigen.
Secara fisiologis adanya fermentasi dapat digunakan untuk
mengetahui beberapa hal. Oksigen umumnya diperlukan mikroba sebagai agensia
untuk mengoksidasi senyawa organik menjadi CO2. Reaksi oksidasi
tersebut dikenal sebagai “respirasi aerob”, yang menghasilkan tenaga untuk
kehidupan jasad dan pertumbuhannya. Mikroba lain dapat memperoleh tenaga dengan
jalan memecahkan senyawa organik secara fermentasi anaerob, tanpa memerlukan oksigen.
Beberapa jenis mikroba bersifat obligat anaerob atau anaerob sempurna. Jenis
lain bersifat fakultatif anaerob, yaitu mempunyai dua mekanisme untuk mendapatkan
energi. Apabila ada oksigen, energi diperoleh secara respirasi aerob, apabila tidak ada
oksigen
energi diperoleh secara fermentasi anaerob. Pasteur mendapatkan bahwa respirasi
aerob adalah proses yang efisien untuk menghasilkan energi. (Sumarsih, S. 2007)
6. Penemuan Enzim
Menurut Pasteur, proses
fermentasi merupakan proses vital untuk kehidupan. Pendapat tersebut ditentang
oleh Bernard (1875), bahwa khamir dapat memecah gula menjadi alkohol dan CO2
karena mengandung katalisator biologis dalam selnya. Katalisator biologis tersebut
dapatdiekstrak sebagai larutan yang tetap dapat menunjukkan kemampuan
fermentasi, sehingga fermentasi dapat dibuat sebagai proses yang tidak vital
lagi (tanpa sel).
Pada tahun 1897,
Buchner dapat membuktikan gagasan Bernard, yaitu pada saat
menggerus sel khamir dengan pasir dan ditambahkan sejumlah besar gula, terlihat dari
campuran tersebut dibebaskan CO2 dan sedikit alkohol. Penemuan ini
membuka jalan ke perkembangan biokimia modern. Akhirnya dapat diketahui
bahwa pembentukan alkohol dari gula oleh khamir, merupakan hasil urutan beberapa
reaksi kimia, yang
masing-masing dikatalisir oleh biokatalisator yang spesifik atau
dikenal sebagai enzim.
(Sumarsih, S. 2007)
7. Mikroba Penyebab
Penyakit
Pasteur menggunakan istilah khusus untuk mengatakan kerusakan pada
minuman anggur oleh mikrobia, yaitu disebut penyakit bir.
Ia juga mempunyai dugaan kuat tentang adanya peran mikroba dalam menyebabkan
timbulnya penyakit pada jasad tingkat tinggi. Bukti-buktinya adalah dengan
ditemukannya jamur penyebab penyakit pada tanaman gandum (1813), tanaman
kentang (1845), dan penyakit pada ulat sutera serta kulit manusia. Pada tahun
1850 diketahui bahwa dalam darah hewan yang sakit antraks, terdapat bakteri
berbentuk batang. Davaine (1863-1868) membuktikan bahwa bakteri tersebut hanya
terdapat pada hewan yang sakit, dan penularan buatan menggunakan darah hewan
yang sakit pada hewan yang sehat dapat menimbulkan penyakit yang sama.
Pembuktian bahwa antraks disebabkan oleh bakteri dilakukan oleh Robert Koch (1876),
sehingga ditemukan “postulat Koch” yang merupakan langkah-langkah untuk membuktikan
bahwa suatu mikroba adalah penyebab penyakit. (Michael J, 2013)
Postulat Koch dalam
bentuk umum adalah sebagai berikut:
a.
Mikroorganisme
tertentu selalu dapat dijumpai berasosisai dengan penyakit tertentu.
b.
Mikroorganisme
itu dapat diisolasi dan ditumbuhan menjadi biakan murni di laboratorium.
c.
Biakan
murni mikroorganisme tersebut akan mneimbulkan penyakit itu bila disuntikkan
pada hewan yang rentan (suseptibel).
d.
Penggunaan
prosedur laboratorium memungkinkan diperolehnya kembali mikroorganisme yang
disuntikkan itu dari hewan yang dengan senngaja diinfeksi dalam percobaan. (dalam
J.Pelaczar, Michael J dan E.C. S. Chan. 2013. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta : UI-Press)
8. Penemuan Virus
Iwanowsky
menemukan bahwa filtrat bebas bakteri (cairan
yang telah disaring
dengan saringan bakteri) dari
ekstrak tanaman tembakau yang terkena penyakit mozaik, ternyata masih tetap
dapat menimbulkan infeksi pada tanaman tembakau yang sehat. Dari kenyataan ini
kemudian diketahui adanya jasad hidup yang mempunyai ukuran jauh lebih kecil
dari bakteri (submikroskopik) karena dapat melalui saringan bakteri, yaitu
dikenal sebagai virus. Untuk membuktikan penyakit yang disebabkan oleh virus, dapat
digunakan postulat River (1937), yaitu (Sumarsih, S. 2007) :
a.
Virus harus berada di dalam sel inang.
b.
Filtrat
bahan yang terinfeksi tidak mengandung bakteri atau mikroba lain yang dapat ditumbuhkan
di dalam media buatan.
c.
Filtrat
dapat menimbulkan penyakit pada jasad yang peka.
Filtrat yang sama yang
berasal dari hospes peka tersebut harus dapat menimbulkan kembali
penyakit yang sama.
C. Peranan
Mikroorganisme di Lingkungan
Saat ini mikroba banyak
dimanfaatkan di bidang lingkungan, yang berperan membantu memperbaiki kualitas
lingkungan. Terutama untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan, baik di
lingkungan tanah maupun perairan. Bahan pencemar dapat bermacam-macam mulai
dari bahan yang berasal dari sumber-sumber alami sampai bahan sintetik, dengan
sifat yang mudah dirombak (biodegradable) sampai sangat sulit bahkan
tidak bisa dirombak (rekalsitran/ nonbiodegradable) maupun bersifat
meracun bagi jasad hidup dengan bahan aktif tidak rusak dalam waktu lama
(persisten). Dalam hal ini akan dibahas beberapa pemanfaatan mikroba dalam
proses peruraian bahan pencemar dan peran lainnya untuk mengatasi bahan
pencemar.
1.
Mikroba Perombak
Detergent
Alkil Benzil
Sulfonat (ABS) adalah komponen detergen, yang merupakan zat aktif yang dapat
menurunkan tegangan muka sehingga dapat digunakan sebagai pembersih. ABS
mempunyai Na-sulfonat polar dan ujung alkil non-polar. Pada proses pencucian,
ujung polar ini menghadap ke kotoran (lemak) dan ujung polarnya menghadap
keluar (ke air). Bagian alkil dari ABS ada yang linier dan non-linier
(bercabang). Bagian yang bercabang ABS-nya lebih kuat dan berbusa, tetapi lebih
sukar terurai sehingga menyebabkan badan air berbuih. Sulitnya peruraian ini
disebabkan karena atom C tersier memblokir beta-oksidasi pada alkil. Hal ini
dapat dihindari apabila ABS mempunyai alkil yang linier.
2.
Mikroba Perombak
Plastik
Plastik
banyak kegunaannya, tetapi polimer sintetik plastik sangat sulit dirombak
secara alamiah. Hal ini mengakibatkan limbah yang plastik semakin menumpuk dan
dapat mencemari lingkungan. Akhir-akhir ini sudah mulai diproduksi plastik yang
mudah terurai. Plastik terdiri atas berbagai senyawa yang terdiri polietilen,
polistiren, dan polivinil klorida. Bahan-bahan tersebut bersifat inert. Senyawa
lain penyusun plastik yang disebut plasticizers terdiri: (a) ester asam
lemak (oleat, risinoleat, adipat, azelat, dan sebakat serta turunan minyak
tumbuhan, (b) ester asam phthalat, maleat, dan fosforat. Bahan tambahan untuk
pembuatan plastik seperti Phthalic Acid Esters (PAEs) dan Polychlorinated
Biphenyls (PCBs) sudah diketahui sebagai karsinogen yang berbahaya bagi
lingkungan walaupun dalam konsentrasi rendah.
Dari alam
telah ditemukan mikroba yang dapat merombak plastik, yaitu terdiri bakteri,
aktinomycetes, jamur dan khamir yang umumnya dapat menggunakan plasticizers
sebagai sumber C, tetapi hanya sedikit mikroba yang telah ditemukan mampu
merombak polimer plastiknya yaitu jamur Aspergillus fischeri dan Paecilomyces
sp., sedangkan mikroba yang mampu merombak dan menggunakan sumber C dari plasticizers,
yaitu jamur Aspergillus niger, A. Versicolor, Cladosporium sp.,
Fusarium sp., Penicillium sp., Trichoderma sp., Verticillium
sp., dan khamir Zygosaccharomyces drosophilae, Saccharomyces
cerevisiae, serta bakteri Pseudomonas aeruginosa, Brevibacterium sp.
dan Aktinomisetes Streptomyces rubrireticuli.
Untuk dapat
merombak plastik, mikroba harus dapat mengkontaminasi lapisan plastik melalui
muatan elektrostatik dan mikroba harus mampu menggunakan komponen di dalam atau
pada lapisan plastik sebagai nutrien. Plasticizers yang membuat plastik
bersifat fleksibel seperti adipat, oleat, risinoleat, sebakat, dan turunan asam
lemak lain cenderung mudah digunakan, tetapi turunan asam phthalat dan fosforat
sulit digunakan untuk nutrisi. Hilangnya plasticizers menyebabkan lapisan
plastik menjadi rapuh, daya rentang meningkat dan daya ulur berkurang.
3.
Sampah
Mikroba (fungi dan bakteri) secara tradisional berfungsi
sebagai decomposer (pengurai). Makhluk hidup yang telah mati akan
diuraikan oleh mereka menjadi unsur-unsur yang lebih mikro. Tanpa adanya
mikroba decomposer, bumi kita ini akan dipenuhi oleh bangkai dalam
jumlah banyak. Mikroba decomposer inilah yang digunakan untuk
pengolahan sampah/limbah. Teknologi lingkungan yang terbaru telah memungkinkan
pengolahan sampah/limbah dengan perspektif lain. Sampah pada awalnya dipilah
antara organik dan non organik. Sampah non organik akan didaur ulang, sementara
sampah organik akan mengalami proses lanjutan pembuatan kompos. Proses tersebut
adalah menciptakan kondisi yang optimum supaya kompos dapat dibuat dengan baik.
Optimasi kondisi tersebut, selain desain alat yang baik dan ventilasi untuk
proses aerasi, adalah juga menciptakan kondisi optimum bagi mikroba composter
untuk melaksanakan proses composting. Parameter optimasinya bisa
berupa keasaman, suhu, dan medium pertumbuhan. Jika parameter tersebut diperhatikan,
maka proses composting diharapkan bisa efektif dan efisien.
d. Pemanfaatan Bakteri Azotobacter chroococcum dalam Pembuatan Detergen
Ramah Lingkungan dari Limbah Jerami.
Penggunaan detergen
berupa senyawa organik yang dapat dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.
Salah satunya yaitu bakteri Azotobacter chroococcum yang dapat membantu proses pembentukan
biosurfaktan yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan detergen organik. Biosurfaktan merupakan produk
alternatif yang ramah lingkungan dengan biodegradabilitas lebih tinggi dan
keaktifan permukaan lebih baik berbeda dengan surfaktan sintetik yang bersifat
toksik
Kandungan pada jerami
yaitu lignin dan selulosa antara 35 – 40% dapat dijadikan sebagai bahan bakar
alternatif serta bahan biosurfaktan (Trubus. 2005).
Jerami adalah bagian
vegetatif dari tanaman padi (batang, daun, tangkai malai). Pada waktu tanaman
dipanen, jerami adalah bagian yang tidak dipungut. Bobot jerami padi merupakan
fungsi dari rejim air dan varietas nisbah gabah/jerami. Jumlah
produksi padi di Indonesia pada tahun 2001 adalah 540.621 ton sehingga dapat
menghasilkan limbah jerami yang besar (Kardena. 2004)
Dari masalah diatas, proses pengolahan
limbah jerami menjadi detergen yang ramah lingkungan meliputi dua bagian utama
yaitu:
a)
Pembuatan Biosurfaktan dengan
rincian: persiapan bahan, proses delignifikasi untuk menghancurkan lignin,
proses sakarifikasi untuk menghidrolisis selulosa menjadi glukosa, proses
penyiapan inoculum (pre-culuture) untuk menumbuhkan bakteri Azotobacter chroococcum, proses pembuatan biosurfaktan yang lebih kompleks, proses isolasi
biosurfaktan untuk memisahkan kultur dari media fermentasi untuk mendapatkan
biosurfaktan, serta proses indentifikasi biosurfaktan limbah jerami yang murni
b)
Pembuatan Detergen.
Hasil penelitian yang pernah dilakukan
oleh Widati tahun 1998 dalam penelitiannya tentang pengaruh penggunaan mikroba
(Tricoderma sp, Aspergilus sp, Azotobacter chroococcum,
dan Evecctive Microorganisme 4 ) dan jerami
terhadap sifat tanah Vertic Tropaquepts di
Jawa Barat dan Typic Hapludox di
Lampung. Kesimpulannya, pemberian jerami dengan cara disebar maupun dibenihkan
meningkatkan kandungan C, N, dan K-dd (Kalium dapat ditukar) pada tanah vertic,
sedangkan pada tanah Typic Hapludox meningkatkan kandungan N dan K-dd. (Makarin, 2007)
Limbah jerami jumlahnya
cukup banyak namun belum dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat secara optimal, padahal bila
dibandingkan dengan gula dan pati, jerami lebih murah dan mudah untuk
didapat serta kandungan selulosa yang sangat tinggi sehingga berpotensi
menghasilkan biosurfaktan. Proses konversi limbah jerami dengan bantuan bakteri Azotobacter chroococcum menjadi biosurfaktan tidak
menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan, sehingga mudah terurai
di tanah maupun air, serta dapat meningkatkan kesehatan tanah. Sehingga, solusi yang terbaik
adalah menjadikannya sebagai bahan alternatif detergen yang ramah lingkungan.
D. Peranan Mikroorganisme Pada Pencemaran Air
1.
Mikroba dalam
Pembersihan Air
Banyak mikroba
yang terdapat dalam air limbah meliputi mikroba aerob, anaerob, dan fakultatif
anaerob yang umumnya bersifat heterotrof. Mikroba tersebut kebanyakan berasal
dari tanah dan saluran pencernaan. Bakteri colon (coliforms) terutama Escherichia coli sering digunakan
sebagai indeks pencemaran air. Bakteri tersebut berasal dari saluran pencernaan
manusia dan hewan yang dapat hidup lama dalam air sehingga. air yang banyak mengandung bakteri tersebut dianggap tercemar. Untuk
mengurangi mikroba pencemar dapat digunakan saringan pasir atau trickling
filter yang segera membentuk lendir di permukaan bahan penyaring, sehingga
dapat menyaring bakteri maupun bahan lain untuk penguraian. Penggunaan lumpur
aktif juga dapat mempercepat perombakan bahan organik yang tersuspensi dalam
air. Secara kimia digunakan indeks BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical
Alkil oxygen demand). Prinsip perombakan bahan dalam limbah adalah
oksidasi, baik oksidasi biologis maupun oksidasi kimia. Semakin tinggi bahan
organik dalam air menyebabkan kandungan oksigen terlarut semakin kecil, karena
oksigen digunakan oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan organik. Adanya bahan
organik tinggi dalam air menyebabkan kebutuhan mikroba akan oksigen meningkat,
yang diukur dari nilai BOD yang meningkat. Untuk mempercepat perombakan umumnya
diberi aerasi untuk meningkatkan oksigen terlarut, misalnya dengan aerator yang
disertai pengadukan.
Setelah terjadi
perombakan bahan organik maka nilai BOD menurun sampai nilai tertentu yang menandakan
bahwa air sudah bersih. Dalam suasana aerob bahan-bahan dapat dirubah menjadi
sulfat, fosfat, ammonium, nitrat, dan gas CO2 yang menguap. Untuk
menghilangkan sulfat, ammonium dan nitrat dari air dapat menggunakan berbagai
cara. Dengan diberikan suasana yang anaerob maka sulfat direduksi menjadi gas H2S,
ammonium dan nitrat dirubah menjadi gas N2O atau N2.
2.
Minyak Bumi
Minyak bumi tersusun dari berbagai macam molekul
hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik. Mikroba berperanan penting dalam
menguraikan minyak bumi ini. Ketahanan minyak bumi terhadap peruraian oleh
mikroba tergantung pada struktur dan berat molekulnya.
Fraksi alkana
rantai C pendek, dengan atom C kurang dari 9 bersifat meracun terhadap mikroba
dan mudah menguap menjadi gas. Fraksi n-alkana rantai C sedang dengan atom C
10-24 paling cepat terurai. Semakin panjang rantaian karbon alkana menyebabkan
makin sulit terurai. Adanya rantaian C bercabang pada alkana akan mengurangi
kecepatan peruraian, karena atom C tersier atau kuarter mengganggu mekanisme
biodegradasi. Apabila
dibandingkan maka senyawa aromatik akan lebih lambat terurai dari pada alkana
linier. Sedang senyawa alisiklik sering tidak dapat digunakan sebagai sumber C
untuk mikroba, kecuali mempunyai rantai samping alifatik yang cukup panjang.
Senyawa ini dapat terurai karena kometabolisme beberapa strain mikroba dengan
metabolisme saling melengkapi. Jadi walaupun senyawa hidrokarbon dapat
diuraikan oleh mikroba, tetapi belum ditemukan mikroba yang berkemampuan enzimatik
lengkap untuk penguraian hidrokarbon secara sempurna.
3.
Mikroba dalam Mengatasi Limbah
Logam Berat
Limbah pabrik yang
banyak mengandung logam berat dapat dibersihkan oleh mikroorganisme yang dapat
menggunkan logam berat sebagai nutrien atau hanya menjerab (imobilisasi) logam
berat. Mikrooganisme yang dapat digunakan diantaranya adalah Thiobacillus ferroxidans dan Bacillus sp. Thiobacillus ferrooxidans mendapatkan
energi dari senyawa anorganik seperti besi sulfida dan menggunkan energi untuk
membentuk bahan bahan yang berguba seperti asam fumarat dan besi sulfat
(Budiyanto, M .2003)
Thiobacillus ferroxidans
adalah bakteri pelepas logam yang paling banyak diteliti, berbentuk batang
kecil, menyukai temapat yang sangat asam dengan pH optimum berkisar anatara
1,5-2,5 (Chang & Myersonn, 1982). Bakteri ini mampu
mendapatkan energi dari oksida besi ferrp (Fe2+) dan menjadi ferri
Fe3+ dan dengan mengoksidasi bentuk tereduksi sulfur menjadi asam
sulfat (Corbelt & Ingledew, 1987). Thiobacillus
ferrooxidans adalah bakteri yang paling aktif di tambang
limbah akibat asam dan polusi logam. Situs drainase tambang asam ekstrim juga
mengekspos tingkat tinggi pirit, suatu unsur yang mudah teroksidasi oleh Thiobacillus ferrooxidans. Ini kapasitas oksidasi pirit-telah dimanfaatkan
dalam industri desulfurisasi batubara Thiobacillus ferrooxidans digunakan dalam pengolahan mineral industri dan
proses bioleaching. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk menyerang sulfida yang
mengandung mineral sulfida larut dan mengkonversi logam seperti tembaga dan
seng ke dalam sulfat larut mereka logam. Logam dipulihkan melalui proses
bioleaching
(pelarutan logam) termasuk
tembaga, uranium dan emas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari organisme hidup yang
kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Organisme yang dipelajari
dalam mikrobiologi yaitu mikroorganisme, yang meliputi bakteri, virus, jamur,
protozoa. Mikrobiologi dibagi menjadi dua bidang besar, yaitu mikrobiologi
dasar dan mikrobiologi terapan. Awal terungkapnya dunia mikroba adalah dengan
ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek (1633-1723). Leeuwenhoek melakukan
pengamatan tentang struktur mikroskopis biji, jaringan tumbuhan dan
invertebrata kecil, tetapi penemuan yang terbesar adalah diketahuinya dunia
mikroba yang disebut sebagai “animalculus” atau hewan kecil. Setelah itu,
muncul teori abiogenesis dan teori biogenesis, penemuan bakteri spora, penemuan
enzim, penemuan mikroba penyebab penyakit dan penemuan virus yang menajdi
perkembangan dari ilmu mikrobiologi. Mikroorganisme memiliki peran dan
memberikan dampak postif pada lingkungan, seperti sebagai perombak detergent,
perombak sampah dan perombak plastik. Selain itu, peranan mikroba pada
pencemaran air sebagai pembersih air, resistensi minyak bumi, dan mengatasi
limbah logam berat.
B. Saran
Perkembangan ilmu
mikrobiologi semakin jaman semakin berkembang pesat, sebaiknya pembaca makalah
tidak puas dengan isi di dalam makalah ini. Sebaiknya mencari sumber lain untuk
lebih memperdalam materi mengenai peranan mikroorganisme bagi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, M. 2003.
Mikrobiologi Terapan. Malang : UMM
press.
Hamdiyati, Yanti. Mikrobiologi Lingkungan (Mikrobiologi Air dan Mikrobiologi Tanah). [Online]
terdapat pada (file.upi.edu/JUR_PEND_BIOLOGI.pdf) diakses pada 18 Desember 2016
pukul 20.11 WIB
J.Pelaczar, Michael J dan E.C. S. Chan.
2013. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1.
Jakarta : UI-Press
Kardena,
Edwan;dkk. 2004. Karakteristik Biosurfaktan dari Azotobacter chroococcum. Bandung : UNPAD
Kusnaidi,dkk. 2003. Mikrobiologi Terapan Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Sumarsih, Sri. 2007. Mikrobiologi Dasar. [Online] terdapat di
https://sumarsih07.files.wordpress.com/2007/12/buku-ajar-mikrobiologi.pdf diakses pada tanggal 18 Desember 2016
pukul 19:08 WIB.
Yarsih,Fitrah. Mikrobiologi
Terapan Tentang Mikrobiologi Lingkungan Air. [Online] terdapat pada (www.academia.edu/11927501/Mikrobiologi)
diakses pada 18 Desember 2016 pukul 20.58 WIB
Yusriana. [Online] terdapat di b_yusriana.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/42795/1PerkembMikro.pdf diakses pada 17
Desember 2016 pukul 20:21 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar